Jumat 16 Dec 2022 10:52 WIB

Setelah 2.500 Tahun, Ilmuwan Berhasil Pecahkan Teka-teki Tata Bahasa Kuno 

Mahasiswa PhD berhasil memecahkan tata bahasa Panini.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Naskah Sansekerta kuno.
Foto: cambridge
Naskah Sansekerta kuno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah gramatikal yang membuat pening para ahli Sansekerta sejak abad ke-5 SM akhirnya dipecahkan oleh seorang PhD mahasiswa di University of Cambridge. Rishi Rajpopat, mahasiswa tersebut, membuat terobosan dengan memecahkan kode aturan yang diajarkan oleh 'bapak linguistik', Pāṇini.

Dilansir dari Phys Org, Kamis (15/12/2022) penemuan ini memungkinkan untuk “menurunkan” kata Sanskerta apa pun dan menghasilkan jutaan kata yang benar secara tata bahasa menggunakan “mesin bahasa” Pāṇini. Temuan ini dianggap sebagai salah satu pencapaian intelektual besar dalam sejarah.

Baca Juga

Pakar Sanskerta terkemuka menggambarkan penemuan Rapjopat sebagai hal yang revolusioner. Dengan penemuan ini,  berarti bahwa tata bahasa Pāṇini dapat diajarkan ke komputer untuk pertama kalinya. 

Dr. Rajpopat mendekodekan algoritme berusia 2.500 tahun yang memungkinkan, untuk pertama kalinya, menggunakan mesin bahasa Pāṇini secara akurat.

Sistem Pāṇini memperkenalkan 4.000 aturan yang diperinci dalam karya terbesarnya, Aṣṭādhyāyī. Aturan ini diperkirakan ditulis sekitar 500 SM dimaksudkan untuk bekerja seperti mesin. Ada rumusan memasukkan dasar dan sufiks sebuah kata, yang mengubahnya menjadi kata yang secara tata bahasa, dan kalimat melalui proses langkah demi langkah.

Namun, seringkali dua atau lebih dari aturan Pāṇini secara bersamaan berlaku pada langkah yang sama. 'Konflik aturan' ini membuat para ahli bahasa bingung mana yang harus dipilih.

Memecahkan apa yang disebut “konflik aturan”, yang memengaruhi jutaan kata Sanskerta  membutuhkan algoritme. Pāṇini mengajarkan metarule (aturan dari aturan) untuk membantu ahli bahasa memutuskan aturan mana yang harus diterapkan jika terjadi “konflik aturan”. 

Namun, selama 2.500 tahun terakhir, para sarjana telah salah menafsirkan metarule ini. Artinya bahwa mereka sering berakhir dengan hasil tata bahasa yang salah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement