Sabtu 17 Dec 2022 13:00 WIB

Belanja Online Bayar Pakai COD, Masihkah Relevan?

Relevansi metode pembayaran COD kian dipertanyakan.

Membayar belanjaan online dengan sistem COD. (ilustrasi)
Foto: Mgrol101
Membayar belanjaan online dengan sistem COD. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah berbagai opsi pembayaran untuk transaksi belanja online atau daring, platform dagang elektronik masih menyediakan metode pembayaran tunai secara fisik alias cash on delivery (COD). Pada metode COD, konsumen membayar langsung kepada kurir ketika barang diantar. 

Ketika metode pembayaran belanja daring semakin beragam, relevansi COD dipertanyakan, apakah metode itu masih diperlukan jika opsi pembayaran lewat dompet digital atau minimarket sudah tersedia. Direktur Eksekutif Lazada Indonesia Ferry Kusnowo mengatakan, metode COD masih diperlukan sampai sekarang karena masih ada masyarakat yang belum memiliki akun perbankan yang perlu diberi kesempatan untuk berbelanja secara daring.

Baca Juga

"Mereka bisa berbelanja online tanpa harus punya kartu kredit," kata Ferry, Jumat (16/12/2022).

Bagi mereka, jika penggunaan metode COD bisa berkurang, akan berdampak baik, namun, jika tidak pun bukan masalah. Metode COD tercipta pada masa awal berbelanja daring diperkenalkan kepada masyarakat.

Ketika itu, masyarakat belum memiliki kepercayaan berbelanja secara daring, apakah barang akan betul-betul diantar. Agar aman, platform menyediakan metode COD sehingga masyarakat bisa membayar ketika barang sudah diantar ke rumah.

Pada perkembangannya, metode COD memang memiliki kelemahan, yaitu jika konsumen tidak ada di rumah, maka transaksi gagal dan kurir harus kembali lagi keesokan hari. Tapi, metode COD juga bisa menjadi cara edukasi kepada masyarakat tentang belanja daring. Dalam hal ini platform harus membekali kurir dengan pengetahuan dasar COD supaya mereka bisa meneruskan kepada pembeli.

Salah satu informasi dasar soal COD, misalnya, konsumen harus membayar belanjaan, setelah itu baru membuka paket dan bukan sebaliknya. Jika barang tidak sesuai, maka konsumen harus mengajukan protes ke penjual, bukan ke kurir.

Lazada memiliki sistem untuk menilai kebiasaan COD pengguna. Jika akun pengguna terdeteksi sering gagal COD, misalnya jarang ada di rumah, maka platform bisa saja menghapus opsi COD untuk pengguna itu dan menyarankannya menggunakan metode pembayaran lain.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement