Sabtu 17 Dec 2022 20:36 WIB

Ini Tujuh Hal yang Perlu Diketahui mengenai Flu Unta

Pakar sebut tingkat kematian akibat Flu Unta atau MERS capai 35 persen

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pasien diduga menderita Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (Mers Corv), berada di ruang isolasi. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diketahui terkait flu unta yang dikhawatirkan terjadi pada finalis Piala Dunia 2022 Prancis. Yaitu flu ini disebabkan oleh virus korona yang masih satu keluarga dengan penyebab Covid-19.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang pasien diduga menderita Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (Mers Corv), berada di ruang isolasi. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diketahui terkait flu unta yang dikhawatirkan terjadi pada finalis Piala Dunia 2022 Prancis. Yaitu flu ini disebabkan oleh virus korona yang masih satu keluarga dengan penyebab Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diketahui terkait flu unta yang dikhawatirkan terjadi pada finalis Piala Dunia 2022 Prancis. Yaitu flu ini disebabkan oleh virus korona yang masih satu keluarga dengan penyebab Covid-19.

"Pertama, yang disebut Flu Unta ini nama sebenarnya adalah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang disebabkan virus korona, masih satu keluarga dengan penyebab Covid-19 sekarang ini dan juga SARS pada 2003 yang lalu," ujar Tjandra Yoga seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (17/12/2022) 

Kedua, ia menyebutkan angka kematian MERS pada kasus yang dilaporkan ke organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) adalah 35 persen. Ini jauh lebih tinggi dari COVID-19 yang angka kematiannya sekitar 2 sampai 3 persen. Ketiga, beberapa negara Asia pernah melaporkan kasus MERS ini, antara lain Malaysia, Thailand dan juga pernah ada wabah MERS di Korea Selatan, yang pernah disebut wabah terbesar di luar jazirah Arab. Keempat, penularannya ada dua jenis, dari unta ke manusia dan juga penularan antar manusia. 

"Kelima, gejala MERS adalah demam, batuk dan sesak napas, yang mungkin saja berlanjut ke pneumonia, tentu tidak pada semua kasus," ujarnya.

Keenam, sejauh ini belum ada obat dan vaksin yang spesifik untuk MERS. Ia menambahkan, penanganan pasien adalah seperti penanganan pasien penyakit infeksi paru secara umum.

"Ketujuh, pada 2014 dan 2015 saya adalah anggota Emergency Committee WHO tentang MERS ini dan kami memang tidak menyatakan MERS sebagai darurat kesehatan (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC)," katanya. 

Sebelumnya, sebanyak tiga pemain tim nasional Prancis dikonfirmasi terjangkit virus di tengah persiapan untuk final Piala Dunia  2022 melawan Argentina. Virus itu dipercaya sama dengan virus yang menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) atau yang lebih dikenal sebagai flu unta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement