REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak cara mengatasi peradangan berkat semua informasi di internet, yang terkadang membingungkan. Kebanyakan orang setuju memasukkan minyak zaitun, salmon, dan kenari dalam makanan dapat membantu mengurangi peradangan.
Namun, ada makanan yang disebut memperparah peradangan kronis. Padahal tidak ada bukti kuat untuk mendukung klaim itu dalam literatur medis. Makanan olahan susu masuk dalam daftar tersebut.
Apakah makanan olahan susu benar-benar menyebabkan peradangan, atau apakah kaitan ini hanyalah salah satu mitos? Dilansir dari EatThis, Kamis (22/12/2022), peradangan adalah respons alami tubuh melindungi diri dari bahaya. Ada dua jenis peradangan, yaitu kronis dan akut.
Peradangan akut terjadi saat seseorang terluka, misalnya pergelangan kaki meradang saat terluka. Jenis peradangan ini biasanya terlokalisasi dan hilang setelah cedera atau infeksi hilang.
Peradangan kronis dapat bertahan lama lama di dalam tubuh. Jenis peradangan ini bisa disebabkan banyak faktor, termasuk merokok, mengalami obesitas, dan pilihan pola makan tertentu. Bisa juga disebabkan adanya penyakit autoimun atau infeksi yang tidak kunjung sembuh.
Mengalami peradangan kronis dikaitkan dengan hasil yang mencakup peningkatan risiko kanker dan diabetes tertentu. Prevalensi penyakit yang terkait dengan peradangan kronis diantisipasi meningkat seiring berjalannya waktu.
Pola makan yang memicu peradangan itu tinggi akan pati olahan, gula, lemak jenuh dan trans, serta rendah asam lemak omega-3, antioksidan alami, dan serat dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Bagaimana dengan susu?
Makanan olahan susu dikenal sebagai tambahan yang lezat dan mendukung kesehatan tulang. Namun, kebiasaan itu mulai dihentikan karena berbagai alasan, salah satunya informasi bahwa makanan olahan susu berpotensi memicu respons pro-inflamasi dalam tubuh.
Beberapa produk susu mengandung lemak jenuh, yaitu nutrisi yang terkait dengan peradangan. Namun, menurut review pada 2017 yang diterbitkan Critical Review in Food Science and Nutrition, berdasarkan data dari 52 uji klinis pada manusia, susu tampaknya benar-benar memiliki efek anti-inflamasi pada tubuh terlepas dari kandungan lemak dari makanan susu tersebut.
Tinjauan sistematis yang mengevaluasi efek produk susu (susu, keju, dan yogurt) dan konsumsi protein susu terhadap peradangan pada orang dewasa diterbitkan pada 2021, dengan hasil yang menunjukkan konsumsi susu tidak berpengaruh pada peradangan atau sedikit efek antiinflamasi.
Terlepas dari klaim yang dibuat oleh influencer tertentu bahwa susu menyebabkan peradangan, literatur medis tampaknya menyarankan sebaliknya. Perlu diingat bahwa meskipun menyeruput segelas susu sapi tampaknya baik-baik saja dengan diet anti-inflamasi, tapi memilih opsi yang mengandung gula tambahan dalam jumlah besar berpotensi merugikan tujuan kesehatan.
Pilihan seperti susu coklat dan minuman susu beraroma yang diformulasikan dengan gula, sirup jagung, atau bahan lain yang mengandung gula mungkin tidak memiliki efek antiinflamasi atau netral, karena gula dapat memiliki efek pro-inflamasi.