REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Geophysical Research Letters mengungkapkan gletser Greenland mencair 100 kali lebih cepat dari perkiraan. Temuan tersebut berdasarkan perhitungan interaksi antara es dan air di fjord pulau itu.
Pengamatan ini menggunakan representasi matematis terbaru dari faktor pencairan glasial yang mengungkapkan bagaimana es terlihat meleleh jauh dari permukaan vertikal di ujung gletser di Greenland. Sebelumnya, para ilmuwan menggunakan model yang dikembangkan di Antartika di mana lidah es mengapung di atas air laut, sebuah susunan yang sangat berbeda.
"Selama bertahun-tahun, orang mengambil model laju leleh untuk gletser terapung Antartika dan menerapkannya ke front gletser vertikal Greenland. Namun, sekarang, semakin banyak bukti bahwa pendekatan tradisional menghasilkan tingkat pencairan yang terlalu rendah di front gletser vertikal Greenland,” kata penulis utama dan rekan peneliti di Oden Institute for Computational Engineering and Sciences di University of Texas di Austin, Kirstin Schulz.
Para ilmuwan mengaku sulit mendekati tepi gletser Greenland. Sebab, itu terletak di ujung fyord, ceruk air laut yang panjang dan sempit yang diapit oleh tebing tinggi tempat air hangat memotong es. Hal ini menyebabkan peristiwa dramatis di mana bongkahan es seukuran bangunan runtuh ke dalam air yang bisa menciptakan tsunami mini.
Para ilmuwan yang dipimpin oleh ahli kelautan fisik Rebecca Jackson dari Universitas Rutgers menggunakan perahu robot untuk mendekati tebing es yang berbahaya ini dan melakukan pengukuran. Mereka telah melakukan ini di Gletser LeConte Alaska dan Kangerlussuup Sermia di Greenland.
Dilansir Live Science, Jumat (23/12/2022), berdasarkan pengukuran Jackon, model berbasis Antartika secara besar-besaran mengabaikan pencairan glasial Arktik. Misalnya, LeConte yang menghilang 100 kali lebih cepat dari prediksi model.
Campuran air tawar dingin dari gletser dan air laut yang lebih hangat mendorong sirkulasi laut di dekat gletser dan lebih jauh lagi di lautan. Ini berarti pencairan memiliki implikasi yang luas. Lapisan es Greenland juga penting untuk kenaikan permukaan laut karena es Greenland menampung cukup air untuk menaikkan permukaan laut hingga 20 kaki atau setara enam meter.
Model baru menggunakan data terbaru dari misi dekat gletser bersama dengan pemahaman yang lebih realistis tentang bagaimana permukaan gletser yang curam dan seperti tebing berdampak pada hilangnya es. Hasilnya konsisten dengan temuan Jackson yang menunjukkan 100 kali lebih banyak lelehan daripada prediksi model lama.
"Hasil model iklim laut sangat relevan bagi umat manusia untuk memprediksi tren yang terkait dengan perubahan iklim. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk membuat model iklim menjadi lebih baik,” kata Schulz.