REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan yang merasa tengah hamil direkomendasikan untuk segera memeriksakan diri sejak dini. Tujuannya untuk melihat perkembangan janin hingga mengantisipasi kelainan bawaan.
"Wanita pada saat merasa hamil maka segera diperiksa. Sekarang sudah banyak pilihan di apotek tes kehamilan lewat urine untuk tahu hamil," ujar Direktur Utama Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Didi Danukusumo, ditulis Jumat (23/12/2022).
Dengan periksa kehamilan di trisemester pertama, dia melanjutkan, maka kelainan bawaan bisa dideteksi. Sebab, pemeriksaan kehamilan di trisemester pertama lebih akurat.
Oleh karena itu, ia merekomendasikan pemeriksaan triple test, periksa juga dengan tes ultrasonografi (USG) di trisemester pertama. "Paling tidak periksa USG di trisemester pertama, trisemester kedua, trusemester ketiga kehamilan. Gampangnya 10, 20, 30 (pekan kehamilan)," ujarnya.
Dari pemeriksaan ini, dia melanjutkan, bisa dilihat posisi hamilnya di mana. Apakah di rahim atau luar rahim.
Sebab, ia menjelaskan ada dua kehamilan. Kalau di dalam rahim maka janinnya hidup atau tidak, hingga umur kehamilannya berapa. Lebih lanjut ia mengingatkan, pembentukan organ pada janin paling vital saat 5 hingga 10 pekan pertama kehamilan. Jadi, ia menegaskan ini adalah masa paling kritis kehamilan.
Ia meminta perempuan hamil harus menjaganya dengan mengonsumsi nutrisi yang baik supaya terhindar dari paparan yang bisa menyebabkan kelainan bawaan. "Jadi, hindari makanan yang mengandung logam berat, kemudian hindari gula darah tidak terkontrol pada ibu karena menyebabkan kelainan bawaan di 5 sampai 10 pekan pertama jadi masa pembentukan organ (janin) yang paling penting," ujarnya.
Terkait peluang kehamilan, Didi menjelaskan bahwa perempuan berusia lebih matang 35 tahun ke atas memiliki jumlah sel telur yang semakin lama semakin sedikit. Ketika berusia 14 tahun punya sel telur sebanyak 2 juta, kemudian jumlahnya akan terus berkurang dan habis sampai umur 52 tahun yang disebut menopause.
Kemudian, saat berusia 35 tahun, sel telur tinggal 2 ribu sehingga kalau 'ditembak' sperma dengan kualitas tidak bagus maka risikonya lebih besar. "Risiko terjadi kelainan kromosom, kelainan genetik lebih besar," katanya.