Sabtu 24 Dec 2022 03:35 WIB

78 Persen Nyamuk Bermutasi Jadi Lebih Pintar Hindari Insektisida

Jenis nyamuk yang memiliki tingkat mutasi tinggi adalah nyamuk pembawa penyakit.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan Pabaton, Kota Bogor, Jawa Barat Kamis (8/12/2022). Pengasapan di pemukiman penduduk tersebut untuk mengantisipasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berasal dari nyamuk Aedes Aegypti pada musim hujan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan Pabaton, Kota Bogor, Jawa Barat Kamis (8/12/2022). Pengasapan di pemukiman penduduk tersebut untuk mengantisipasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berasal dari nyamuk Aedes Aegypti pada musim hujan. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas nyamuk kini memiliki kemampuan lebih baik dalam menghindari insektisida melalui mutasi. Jenis nyamuk yang memiliki tingkat mutasi tinggi adalah nyamuk pembawa penyakit, Aedes aegypti.

Temuan ini diungkapkan oleh tim peneliti dari National Institute of Infectious Diseases di Jepang. Melalui sebuah studi, tim peneliti melakukan analisis terhadap nyamuk-nyamuk yang berada di area Vietnam dan Kamboja. Kedua tempat ini dipilih karena kasus dengue cukup umum.

Baca Juga

Dengue merupakan salah satu penyakit yang bisa disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain dengue, nyamuk ini juga diketahui dapat menyebarkan demam kuning dan virus Zika.

Melalui studi ini, tim peneliti menemukan bahwa disekitar 78 persen nyamuk yang dianalisis telah mengalami mutasi. Mutasi tersebut membuat mereka lebih lihai dalam menghindari insektisida dan menjadi nyamuk "super". Temuan ini telah dipublikasikan dalam Science Advances.

Temuan ini bisa menjadi ancaman yang serius dalam program kontrol dan eradikasi penyakit menular. Terlebih, tingkat resistensi insektisida yang terjadi merupakan tingkat resistensi insektisida tertinggi yang pernah ditemukan dalam populasi nyamuk.

"Penting untuk mewaspadai bahwa insektisida yang lumrah kita gunakan mungkin tak lagi efektif melawan nyamuk," jelas peneliti senior dari Departemen Entomologi Medis di National Institute of Infectious Diseases, Shinji Kasai.

Kemampuan nyamuk yang lebih baik dalam mempertahankan diri juga diungkapkan dalam sebuah studi berbeda pada awal 2022. Dalam studi ini, tim peneliti menemukan bahwa nyamuk-nyamuk tampak memiliki kemampuan untuk belajar menghindari beragam pestisida yang bisa membunuh mereka.

"Penelitian lebih lanjut untuk menggolongkan tiap mutasi yang terjadi akan diperlukan," jelas tim peneliti. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement