Selasa 27 Dec 2022 07:05 WIB

Peretas Korut Targetkan 1.000 Pakar dari Korea Selatan

Peperangan dunia maya telah menjadi fokus utama Korea Utara selama bertahun-tahun.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Peretas (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Peretas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pihak berwenang Korea Selatan yakin para peretas Korea Utara yang bekerja untuk pemerintah, telah menargetkan setidaknya 892 ahli kebijakan luar negeri di negara tersebut. Upaya itu difokuskan pada anggota wadah pemikir dan akademisi sejak April lalu.

Serangan dimulai dengan email phishing yang kerap kali diklaim berasal dari tokoh-tokoh dalam sistem politik Korea Selatan. Ini biasanya termasuk tautan ke situs palsu atau virus. Meski tidak terlalu canggih, taktik tersebut cukup membodohi setidaknya sedikit korban.

Baca Juga

Hasilnya adalah beberapa pakar terkemuka kehilangan data pribadi mereka, yang terdiri dari daftar email disusupi dan 13 perusahaan. Meskipun polisi yakin hanya 49 penerima yang benar-benar menyerahkan kredensial ke situs palsu dan hanya dua perusahaan yang membayar uang tebusan 2,5 juta won, sulit untuk menilai skala penuh dari kerugian tersebut.

Sejauh ini masih belum jelas sumber daya non-finansial apa yang mungkin diperoleh para peretas Korea Utara. Namun, bisa dipastikan ini bukan serangan dunia maya terakhir.

Sebelumnya, Korea Utara menargetkan peneliti keamanan untuk menemukan kerentanan. Bahkan, Korea Utara pernah menggunakan tragedi Halloween Itaewon sebagai alat untuk menargetkan warga Korea Selatan.

Dilansir Engadget, Selasa (27/12/2022), peperangan dunia maya telah menjadi fokus utama Korea Utara selama bertahun-tahun. Ini juga menjadi sumber pendapatan utama bagi negara yang terus-menerus mengalami krisis keuangan dan sebagian besar terputus dari pasar dunia.

Diperkirakan para peretas Korea Utara telah mencuri mata uang kripto senilai 1,72 miliar dolar AS sejak 2017. Meskipun para peretas menutupi jejak mereka dengan cukup baik, target, taktik, dan alamat IP telah membuat polisi percaya bahwa ini adalah kelompok yang sama yang meretas Pembangkit Listrik Tenaga Air & Nuklir Korea pada tahun 2014.

Mereka juga percaya para peretas tidak akan menghentikan aktivitas mereka hanya karena upaya mereka telah ditemukan. Pihak berwenang mendesak masyarakat, terutama mereka yang bekerja di bidang sensitif seperti teknologi dan pemerintah untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan dan ekstra waspada terhadap penyerangan selanjutnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement