REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Bagi para orang tua yang memiliki anak remaja, mohon lebih ketat lagi memperhatikan konten yang dikonsumsi oleh buah hati. Menurut hasil survei organisasi nirlaba Common Sense Media, tiga perempat remaja mengatakan mereka telah menonton film porno secara daring dan lebih dari setengahnya mengatakan mereka menontonnya pada usia 13 tahun.
Menurut hasil survei lebih dari 1.350 remaja berusia 13 hingga 17 tahun pada September 2022 tersebut, sekitar 58 persen responden mengaku mendapatkan konten porno secara tidak sengaja. Bahkan, sekitar 63 persen dari remaja yang mengatakan melihat pornografi secara tidak sengaja itu juga menuturkan mereka terpapar pornografi dalam sepekan terakhir. Ini menunjukkan bahwa paparan pornografi bisa jadi cukup umum.
Ada 44 persen yang mengaku sengaja melihat pornografi daring banyak mengenal pornografi melalui teman yang mereka temui di gim daring. Yang mengherankan, 38 persen remaja yang menonton film porno sengaja melakukannya di media sosial seperti TikTok dan Instagram, sementara 44 persen mengatakan mereka menontonnya di situs porno yang sebenarnya.
Dilansir dari Indian Express, Senin (16/1/2023), 34 persen menggunakan situs streaming video seperti YouTube, 16 persen menggunakan situs langganan seperti OnlyFans, serta 18 persen menggunakan situs streaming langsung.
Bagaimana reaksi mereka setelah menonton konten porno tersebut?
Sekitar 50 persen remaja melaporkan merasa bersalah atau malu setelah menonton pornografi. Sementara itu mayoritas (67 persen) mengatakan mereka merasa baik-baik saja dengan jumlah film porno yang mereka tonton.
Yang bermasalah adalah kenyataan bahwa hampir setengah dari remaja yang disurvei berpikir pornografi daring memberikan informasi yang bermanfaat tentang seks, sementara 27 persen merasa itu menunjukkan seks secara akurat.
Kemudian, 43 persen remaja melaporkan pernah membicarakan pornografi dengan orang dewasa yang dipercaya. Dari remaja yang melakukan percakapan ini, sebagian besar mengatakan itu memotivasi mereka mencari cara alternatif belajar tentang seksualitas mereka daripada mengandalkan pornografi.
“Hasil penelitian ini menegaskan satu hal yang sangat penting: sudah saatnya kita berbicara tentang pornografi. Kita perlu mempertimbangkan percakapan dengan remaja tentang pornografi dengan cara yang sama seperti kita memikirkan percakapan tentang seks, media sosial, penggunaan narkoba dan alkohol, dan banyak lagi. Anak-anak dapat dan akan terpapar pornografi dengan satu atau lain cara, sering kali sebelum pengasuh memiliki kesempatan untuk menangani masalah tersebut,” papar laporan itu.