REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi klinis dr Diana Felicia Suganda, membagikan kiat-kiat untuk memutus rantai stunting balita yang hingga kini masih menjadi salah satu permasalahan besar di Indonesia. Menurut Diana, ibu dan seluruh masyarakat Indonesia memiliki peran kunci sebagai agen perubahan untuk menangani dan memutus rantai stunting.
"Dengan kebiasaan gaya hidup dan pola makan seimbang, masyarakat Indonesia khususnya anak dan ibu dapat terbebaskan dari siklus rantai stunting," kata Diana dalam keterangan tertulisnya, Senin (16/1/2023).
Berikut kiat-kiat dari Diana untuk memutus rantai stunting balita Indonesia:
1. Pola makan ibu adalah pola makan anak
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan 16,8 persen remaja termasuk remaja perempuan memiliki tubuh kurus yang disebabkan kurang makan dan asupan gizi. Padahal, di dalam rumah tangga, perempuan berperan penting untuk menanamkan kebiasaan pola makan sehat seperti konsumsi makanan berserat, memakan sayur dan buah, serta minum air putih. Dengan menjaga kebiasaan pola makan sehat dan bergizi seimbang, perempuan Indonesia dapat mengurangi risiko punya anak kurang gizi mulai dari masa remaja.
2. Terapkan prinsip gizi seimbang pada ibu hamil dan janin
Selain berisiko bagi anak, asupan gizi yang tidak seimbang juga akan memengaruhi kesehatan ibu hamil. Perempuan yang stunting berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang juga memiliki risiko tinggi kondisi stunting. Oleh karena itu, ibu hamil harus menerapkan prinsip gizi seimbang dengan memenuhi asupan energi dan protein, asam lemak dan asam folat, serat, zat besi, serta vitamin dan mineral.
3. Berikan pola asuh terbaik di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK)
Untuk mencapai perbaikan gizi anak, perlu diperhatikan bahwa 1.000 HPK yang dimulai dari 270 masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun atau 730 hari merupakan periode yang sangat kritis. Anak yang mengalami stunting lebih awal atau sebelum usia enam bulan akan mengalami dampak stunting yang lebih berat saat menjelang usia dua tahun. Jika tidak ditangani, maka kondisi stunting pada anak usia lima tahun akan menyebabkan kegagalan tumbuh yang berlanjut hingga ia remaja dan mempengaruhi kesuksesannya di masa depan.
4. Perkaya informasi dari dokter gizi hingga komunitas
Dengan konsultasi kepada dokter gizi serta dokter anak, orang tua dapat terus memantau kebutuhan gizi anak dan mencegah stunting terjadi pada anak. Anda juga dapat mencari informasi dari internet dan komunitas orang tua untuk membuat makanan yang praktis dan lezat dengan gizi seimbang yang mengandung mikro dan makronutrien sesuai takaran.
5. Terapkan konsep "isi piringku"
"Isi piringku" merupakan acuan dari Kementerian Kesehatan yang menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang berisi 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen karbohidrat dan protein. Dengan panduan "Isi piringku", orang tua dapat mengambil peran aktif untuk menjaga gaya hidup sehat bagi anak dan keluarga.