REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Kasus penculikan anak yang terus terjadi mengundang kecemasan banyak orang tua. Namun, ada baiknya kita memahami bagaimana cara agar terhindar dari kasus serupa.
Psikolog balita, anak, dan remaja Ratih Zulhaqqi memberikan beberapa tips supaya anak aman dan terhindar menjadi korban penculikan. Salah satunya adalah anak diajari mengenai mekanisme pertahanan diri. "Ini kalau dari sisi internal adalah terkait mekanisme pertahanan diri anak. Jadi, bagaimana seorang anak bisa diajarkan untuk belajar mempertahankan diri mereka terutama pada saat bukan hanya diculik, melainkan juga saat terjadi kekerasan baik dari teman ataupun dari orang dewasa di sekitarnya," katanya, Selasa (17/1/2023).
Ia menambahkan, melatih mekanisme pertahanan diri anak ini yaitu kualitas pengasuhan yang positif. Diawali dengan memberikan anak kesempatan untuk membentuk kemandirian yang merupakan cikal bakal bisa terbentuk mekanisme pertahanan diri. Dengan diberikan kemampuan untuk mengeksplorasi kemandirian fisik, kemandirian emosi, kemandirian sosial maka disitulah anak punya rasa berdaya yang tinggi. Akhirnya anak merasa percaya diri untuk menghadapi lingkungannya.
"Kebanyakan anak-anak yang menjadi korban (penculikan) adalah anak-anak yang secara karakter kurang mampu membawakan dirinya di lingkungan, tidak bisa bilang tidak atau minimal dia lari menyelamatkan diri. Keahlian memecahkan masalah yang dia miliki tidak bisa membantu dia untuk mempertahankan diri," ujarnya.
Jadi, ia meminta orang tua harus mengajarkan mekanisme ini sejak dini supaya anak punya rasa berdaya dan membentuk mekanisme pertahanan dirinya. Sementara dari sisi eksternal, orang tua harus berkoordinasi misalnya dengan guru di sekolah untuk memastikan seperti apa tempat menurunkan anak saat tiba di sekolah, apakah langsung diserah terima pada guru atau anak-anak berjalan sendiri.
Ia menambahkan, hal-hal ini perlu diantisipasi karena celah sedikit bisa menjadi potensi melakukan penculikan. Selain itu, ia meminta bisa ditentukan anak bermain di mana, apakah di rumah, atau di rumah teman atau di lingkungan lapangan. Jika di lapangan, dia melanjutkan, minimal ada satu atau dua orang dewasa yang mengawasinya. "Kalau orang tua tidak bisa mengawasi maka bisa bekerja sama dengan orang tua anak lain supaya bisa menemani. Jadi, kembali lagi pada koordinasi dan komunikasi," katanya.
Sebelumnya di awal 2023 ini, Indonesia diramaikan dengan kasus-kasus penculikan anak. Belakangan masyarakat tengah membicarakan soal kasus penculikan anak di Makassar, Sulawesi Selatan. Terobsesi dengan transaksi jual beli organ tubuh yang dilihat di internet serta tergiur untuk mendapatkan sejumlah uang, 2 remaja di Makassar tega menculik dan membunuh bocah 11 tahun bernama Fadli. Korban dibunuh untuk dijual organ tubuhnya. Pelaku AR (17) dan AF (14), membunuh korban di sebuah rumah setelah sebelumnya mengajak korban untuk membantu membersihkan rumahnya di Jalan Ujung Bori. Ketiganya lalu menuju rumah AR di Jalan Batua Raya 14 untuk dieksekusi.