REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Siapa pun yang pernah naik pesawat boleh jadi tahu bahwa turbulensi adalah bagian dari pengalaman menegangkan. Biasanya tidak berlangsung lama, tetapi ada yang mengalami turbulensi ekstrem.
Seperti halnya penerbangan Hawaii Airlines, Desember lalu, yang mengalami turbulensi ekstrem hingga menyebabkan ketakutan dan cedera pada penumpang. Menurut laporan Business Insider, seorang pilot Hawaiian Airlines mengatakan awan 'melonjak' secara vertikal seperti kepulan asap hanya dalam hitungan detik dan menyebabkan turbulensi parah dalam penerbangan.
Apa sebenarnya penyebab turbulensi?
Turbulensi, seperti yang didefinisikan oleh Weather, adalah salah satu fenomena cuaca yang paling tidak terduga dan penting bagi pilot.
Ini adalah gerakan udara yang tidak teratur yang dihasilkan dari pusaran dan arus vertikal. Hal itu mungkin tidak signifikan seperti beberapa benturan yang mengganggu atau cukup parah untuk sesaat membuat pesawat lepas kendali atau menyebabkan kerusakan struktural.
Ada Empat Klasifikasi Turbulensi
Turbulensi dapat terjadi kapan saja, terlepas dari cuaca. Kondisi ini disebut sebagai turbulensi ringan. Ini memerlukan sedikit perubahan ketinggian dan ketidakrataan.
Selanjutnya moderat. Laman Weather mendefinisikannya sebagai agak mirip dengan turbulensi ringan, tetapi lebih intens. Namun, tidak ada kehilangan kendali pesawat. Penumpang akan merasakan ketegangan yang pasti pada sabuk pengaman mereka dan benda-benda yang tidak aman akan copot.
Klasifikasi ketiga adalah turbulensi parah, yang bisa menyebabkan cedera. Pesawat mungkin lepas kendali untuk sementara. Penumpang pesawat akan dipaksa memakai sabuk pengaman mereka. Turbulensi ekstrem mempersulit pilot untuk mengendalikan pesawat. Mungkin juga ada "kerusakan struktural".