Rabu 18 Jan 2023 10:07 WIB

Dilarang Presiden untuk Diberikan ke Bayi, Apa Itu Makanan Ultraproses?

Makanan ultraproses adalah makanan hasil racikan dari berbagai bahan industri.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Berikan makanan alami pada bayi ketimbang makanan yang ultraproses (ilustrasi)
Foto: Unsplash
Berikan makanan alami pada bayi ketimbang makanan yang ultraproses (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah makanan ultraproses sudah cukup lama jadi bahasan di ranah ilmu nutrisi. Namun, belakangan istilah itu kembali mengemuka setelah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berpesan untuk tidak memberikan makanan ultraproses kepada bayi.

Pesan demikian disampaikan Jokowi saat membuka Rakornas Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah se-Indonesia secara virtual, Selasa (17/1/2023). Dalam pernyataannya, Jokowi menyebutkan contoh makanan ultraproses, yakni biskuit dan bubur instan. Nyatanya, banyak produk makanan sehari-hari yang termasuk dalam kategori makanan ultraproses.

Baca Juga

Dikutip dari laman The Conversation, Rabu (18/1/2023), pakar nutrisi Richard Hoffman menjelaskan definisi makanan ultraproses. Dia mengatakan, makanan ultraproses adalah racikan dari berbagai bahan industri (seperti pengemulsi, pengental, dan perasa buatan) yang diolah menjadi produk makanan melalui serangkaian proses di pabrik.

Minuman manis dan beragam produk sereal sarapan termasuk makanan ultraproses. Begitu pula produk inovasi seperti burger dengan embel-embel "berbasis nabati", sebab biasanya terbuat dari isolat protein dan bahan kimia lainnya untuk membuat produk memiliki rasa lebih enak.

Pengajar biokimia nutrisi University of Hertfordshire, Inggris, itu menyoroti bahwa di beberapa negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada, makanan ultraproses berupa makanan olahan pabrik yang dibuat secara massal dan dijual dalam bentuk kemasan, menyumbang 50 persen atau lebih dari total kalori yang dikonsumsi manusia. Hal itu disebut Hoffman amat mengkhawatirkan.

Pasalnya, makanan ultraproses telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan, termasuk risiko obesitas yang lebih besar dan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular dan demensia. Masalah lain yang jadi sorotan, makanan ultraproses tidak memiliki label ultraproses pada kemasannya.

"Cara terbaik untuk mengidentifikasi makanan ultraproses adalah dengan melihat bahan-bahannya. Biasanya, hal-hal seperti pengemulsi, pengental, isolat protein, dan produk yang terdengar seperti hasil industri lainnya adalah tanda bahwa itu adalah makanan ultraproses," kata Hoffman.

Penulis buku The Mediterranean Diet: Health and Science itu menggarisbawahi bahwa aspek yang menjadikan makanan ultraproses berisiko ada pada pembuatannya. Proses produksi yang intens untuk menghasilkan makanan ultraproses menghancurkan struktur alami bahan makanan dan menghilangkan banyak nutrisi bermanfaat, termasuk serat, vitamin, mineral, dan kandungan kimia.

Itu sebabnya, jauh lebih baik mengonsumsi makanan alami dalam wujud utuh. Sebenarnya, menurut Hoffman, sudah banyak orang yang menyadari bahwa makanan ultraproses berbahaya bagi kesehatan, namun mengurangi asupan makanan ultraproses mungkin sulit dilakukan.

"Hal ini dikarenakan makanan ultraproses dirancang untuk menjadi sangat enak. Ditambah dengan strategi pemasaran persuasif, ini dapat membuat makanan ultraproses sulit untuk ditolak bagi sebagian orang," ungkap Hoffman.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement