REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Selama dekade terakhir, Kementerian Pendidikan Korea Selatan telah mengirim guru bahasa Korea ke luar negeri, termasuk puluhan orang ke Thailand pada 2017 untuk mengajar bahasa di sekolah menengah pertama dan menengah atas.
Dilansir dari CNN, Rabu (18/1/2023), dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara termasuk Laos, Myanmar, dan Thailand, telah secara resmi mengadopsi Bahasa Korea sebagai bahasa asing dalam kurikulum sekolah mereka, berdasarkan perjanjian yang ditandatangani dengan Kementerian Pendidikan Korea.
Sementara itu, King Sejong Institute, lembaga Bahasa Korea yang didirikan pemerintah Korea Selatan, telah mendirikan 244 pusat pembelajaran di seluruh dunia. Upaya ini bertujuan untuk menjaga minat Bahasa Korea di luar negeri, yang telah menjadi sangat populer dengan Hallyu.
Upaya tersebut tampaknya berhasil. Para ahli mengatakan para siswa datang untuk belajar Bahasa Korea dengan berbagai alasan, meskipun tren tertentu telah muncul di antara garis regional dan etnis.
Gelombang Korea merupakan faktor penting bagi siswa non-heritage. Ini merujuk pada mereka yang tidak memiliki etnis atau keturunan Korea namun tertarik dengan produk budaya Korea seperti film dan K-pop.
Sementara itu, siswa keturunan Korea asli cenderung mengambil kelas Bahasa Korea karena alasan yang lebih ‘integratif’. Misalnya, mereka ingin tinggal di Korea Selatan, untuk lebih terhubung dengan komunitas dan keluarga mereka, atau untuk mengeksplorasi identitas Korea itu sendiri.
Jiyoung Lee dari Departemen Studi Asia Timur Universitas New York, menunjuk pada munculnya platform media sosial seperti Instagram dan TikTok. Platform digital telah memfasilitasi pertukaran budaya internasional dan sangat memengaruhi jumlah siswa yang ingin belajar Bahasa Korea.
Namun, Lee yang sebelumnya mengajar bahasa Korea di Indonesia dan Korea Selatan, juga memperhatikan perbedaan di antara para siswa di berbagai belahan dunia.
Siswa AS cenderung belajar bahasa Korea, karena mereka lebih tertarik untuk menikmati budaya dan ingin berbicara dengan penyanyi atau aktor favorit mereka.
Sebaliknya, siswa di Asia Tenggara sebagian besar belajar Bahasa Korea untuk mendapatkan pekerjaan di Korea Selatan, atau di perusahaan Korea di negara asal mereka. Lee mencatat sejumlah jenama Korea mendirikan perusahaan tidak hanya di Asia Tenggara tetapi juga di berbagai negara lain.
Ekspansi bisnis Korea dan budaya pop mungkin juga mendorong anak muda Asia Tenggara untuk bepergian ke Korea Selatan. Orang Asia Tenggara merupakan lebih dari 40 persen mahasiswa asing di Korea Selatan, dan 30 persen penduduk asing di negara itu secara keseluruhan.
Jeffrey Holliday yang juga mengajar linguistik Korea di salah satu Universitas di Seoul, mengatakan sekitar 40 persen muridnya adalah siswa pertukaran yang sebagian besar berasal dari AS. Siswa-siswa ini sudah sarjana, hanya di Seoul selama beberapa semester, dan hampir semuanya adalah penggemar berat budaya pop Korea seperti K-pop.