Jumat 20 Jan 2023 08:59 WIB

Ganjar, Puan, atau Bu Mega Saja?

Capres PDIP ada di tangan Megawati.

Calon presiden dari PDIP berada di tangan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Foto: Dok Republika
Calon presiden dari PDIP berada di tangan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Oleh : Mas Alamil Huda, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Kepercayaan diri Megawati Soekarnoputri untuk mencalonkan kader internal PDIP dalam pertarungan politik Pilpres 2024 menjadi poin plus. Sebab, tugas partai politik salah satunya memang menghadirkan kader-kader bermutu untuk ditawarkan dan diadu, dalam arti mengadu gagasan terbaik cara menakhodai republik. Atau paling tidak beradu kharisma, karena tak semua pemilih meyakini tawaran sebuah kepemimpinan ideal secara teoretis, atau bahkan sekadar janji menghadirkan kesejahteraan.

PDIP punya golden ticket. Mereka bisa mengajukan satu pasang calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 tanpa harus berkoalisi dengan lain partai. Karena itu, daya tawarnya tinggi. Di sisi lain, juga punya kader tulen dengan elektabilitas moncer, Ganjar Pranowo. Dalam beberapa survei, tingkat keterpilihan gubernur Jawa Tengah itu selalu unggul dari Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, dua tokoh pesaing dengan elektabilitas kompetitif. Jika titah Megawati jatuh kepada Ganjar, akan menjadi kejutan dan sangat menarik dinanti kelanjutan dinamikanya.

Saya menyebutnya kejutan karena tidak ada, setidaknya belum terlihat, isyarat apa pun dari Megawati akan memilih Ganjar. Dalam beberapa kesempatan, Ganjar tak jarang ‘dinomorduakan’. Yang paling sederhana, pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDIP beberapa waktu lalu, Ganjar didudukkan di belakang, bukan di baris depan jajaran elite partai banteng. Sangat kontras dengan Puan Maharani, yang duduk tidak jauh dari ibunya di baris depan.

Ganjar dan Puan harus dibandingkan. Keduanya adalah kader PDIP yang paling mungkin untuk dijagokan pada 2024. Sedangkan Jokowi tak mungkin lagi mencalonkan sebagai presiden untuk kali ketiga. Selain terbentur konstitusi, Megawati tidak merestui. Itu jelas dikatakan di pidato politik Megawati kemarin, bahkan di hadapan Presiden Jokowi.

Jika Ganjar punya modal elektabilitas, Puan punya keistimewaan sebagai putri Bu Mega. Dengan segala hormat, saya salah satu dari sekian banyak yang tidak percaya ketika Puan mengaku tak memiliki privilage dalam konteks penentuan capres PDIP yang mutlak berada di tangan ibunya itu. Tapi apa persoalannya, jika memang Puan punya kapasitas dan kapabilitas, mengapa tidak?

Megawati dalam orasinya di HUT ke-50 PDIP sebenarnya mengisyaratkan cukup gamblang kepada siapa pilihannya akan dilabuhkan. Kita lihat dan dengar, materi pidatonya dipenuhi catatan torehan sumbangsih pahlawan nasional perempuan untuk bangsa. Dari Cut Nyak Dien hingga laksamana Malahayati disebut dan dijelaskan jasa-jasanya. Ia juga membanggakan deretan gelarnya, dua titel profesor dan 10 doktor honoris causa. Pesannya, perempuan bisa, setara, dan berhak untuk mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Keistimewaan terhadap Puan adalah fakta yang sukar dibantah. Ia juga yang ditunjuk ibunya sekaligus ketua umum PDIP untuk berkomunikasi dengan sejumlah pemimpin parpol menjalin kemungkinan koalisi. Tapi, terpotret dalam survei elektabilitasnya tak bergerak di papan bawah. Dengan kata lain, Puan mungkin saja menjadi sosok penting dalam percaturan politik 2024. Tetapi untuk dijadikan capres, risiko kekalahan lebih besar.

Secara psikologis, Megawati tentu akan lebih nyaman jika anaknya yang tampil di gelanggang politik. Kepastian penerus trah Sukarno di PDIP juga tentu lebih ‘aman’ jika Puan menjadi orang nomor satu di republik. “Nggak mungkin ibu jebloskan kalian ke sumur,” kata Mega dalam pidato politiknya kemarin. Bisa jadi, melihat elektabilitas Puan yang tidak kompetitif, Megawati akan realistis memilih siapa yang paling berpotensi menang. Sama seperti ketika Jokowi dicalonkan pada 2014.

Belum ada yang tahu kepastian siapa yang akan dipilih Megawati nanti. Namun, sempat terlontar akan ada sesuatu yang istimewa pada 1 Juni yang disebutnya sebagai bulan Bung Karno. Sangat mungkin waktu tersebut akan dijadikan pengumuman capres dari PDIP. Sebab 25 November 2023 atau enam bulan setelahnya, adalah waktu terakhir pendaftaran pasangan capres-cawapres ke KPU.

Kans kemenangan jika Ganjar sebagai capres, tentu lebih besar dibandingkan Puan, jika parameternya adalah elektabilitas. Tetapi, variabel dalam kalkulasi politik tidak pernah tunggal. Ganjar bisa saja terganjal karena satu dan lain hal di tengah jalan. Pun Puan, yang elektabilitasnya tak naik-naik meski sudah dikerek habis-habisan dengan beragam cara, yang tak jarang jadi bahan ledekan di jagat maya.

Setelah Megawati menentukan capres PDIP, kita mungkin baru bisa melihat peta koalisi yang lebih pasti untuk Pilpres 2024. Parpol akan mengalkulasi semua kemungkinan yang paling mendekati kemenangan. Tetapi jangan pernah lupa, kalkulasi itu tentang untung-rugi, jangan berharap lebih.

Kepada siapa pun titah Megawati, keputusannya pasti dinanti. Suka atau tidak, PDIP adalah partai pemenang sekaligus penguasa saat ini. Ganjar atau Puan memang bergantung pada Megawati. Kedua pilihan punya risiko bagi PDIP dan Mega. Jika risiko memilih Ganjar atau Puan terlalu besar, mungkinkah nanti Bu Mega dengan penuh percaya diri akan mendaftarkan namanya sendiri?

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement