Jumat 20 Jan 2023 16:01 WIB

Diendorse Selebgram, Benarkah Fenugreek Aman untuk ASI Booster?

Fenugreek adalah tanaman herbal yang sangat populer sebagai galaktagog di dunia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Kemanaan fenugreek yang sering digunakan sebagai ASI booster. (Ilustrasi)
Foto: Republika
Kemanaan fenugreek yang sering digunakan sebagai ASI booster. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan fenugreek dalam produk ASI booster tampaknya menuai pro dan kontra di antara para warganet. Di satu sisi, produk seperti ini cukup marak diendorse oleh sejumlah selebgram. Namun di sisi lain, fenugreek dianggap kurang aman untuk ibu menyusui.

Menurut LactMed, fenugreek adalah tanaman herbal yang sangat populer sebagai galaktagog di berbagai wilayah di dunia. Galaktagog merupakan sebutan untuk makanan, tanaman herbal, atau obat yang dapat meningkatkan produksi ASI.

Baca Juga

Akan tetapi, studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health mengungkapkan bahwa bukti ilmiah mengenai efikasi dan keamanan galaktagog herbal seperti fenugreek masih sangat terbatas. Beragam studi yang telah dilakukan terhadap fenugreek sebagai ASI booster juga menunjukkan hasil yang bermacam-macam.

Food and Drug Administration (FDA) mengategorikan tanaman fenugreek sebagai generally recognized as safe (GRAS) atau umumnya dianggap aman bila digunakan sebagai penambah rasa. Akan tetapi, penggunaan fenugreek dalam dosis yang lebih tinggi dari yang ditemukan pada makanan patut diwaspadai.

Seperti dilansir WebMD, konsumsi fenugreek dalam dosis yang lebih tinggi pada ibu hamil berpeluang tidak aman. Alasannya, asupan fenugreek dalam dosis lebih tinggi pada ibu hamil bisa memicu terjadinya malformasi pada janin serta kontraksi dini.

"Mengonsumsi fenugreek sesaat sebelum melahirkan bisa menyebabkan bayi yang dilahirkan memiliki aroma tubuh tak biasa. Aroma tubuh tak biasa ini tampaknya tak membahayakan," jelas WebMD.

Pada ibu menyusui, WebMD mengungkapkan bahwa konsumsi fenugreek lewat mulut untuk meningkatkan produksi ASI mungkin aman. Mengonsumsi 1725 mg fenugreek sebanyak tiga kali sehari selama 21 hari tampak tak memicu efek samping pada bayi yang disusui.

Namun yang menjadi masalah, keampuhan dan dosis dari pengolahan fenugreek pada tiap merek tidak terstandarisasi. Perbedaan inilah yang membuat penilaian terhadap efeknya menjadi sulit dilakukan, menurut studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.

Sedangkan menurut BabyBonds, ada lima potensi risiko yang perlu diperhatikan sebelum ibu menyusui menggunakan fenugreek. Berikut ini adalah kelima potensi risiko tersebut.

1. Bisa memunculkan efek samping keluhan bergas pada ibu atau bayi, sakit perut dan diare pada ibu bila menggunakan fenugreek dalam bentuk teh, perburukan asma bila menggunakan fenugreek dalam bentuk kapsul, atau memunculkan aroma tubuh seperti sirup maple.

2. Dapat menurunkan kadar gula darah pada ibu hamil dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2. Oleh karena itu, ibu menyusui dengan masalah hipoglikemia perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan fenugreek.

3. Ada risiko perdarahan pada bayi setelah terpapar fenugreek dari ASI, namun studinya masih terbatas. Hal ini mungkin terjadi karena fenugreek memiliki sifat antikoagulan. Satu kasus perdarahan gastrointestinal pada bayi prematur pernah terjadi setelah sang ibu mengonsumsi fenugreek sebagai galaktagog.

4. Bisa memicu kontraksi rahim yang dapat berujung pada persalinan prematur atau keguguran, serta dapat mengganggu perkembangan sehat janin dalam kandungan. Oleh karena itu, fenugreek tak dianjurkan bagi ibu hamil.

5. Bisa menurunkan produksi ASI pada sebagian ibu menyusui. Seorang ibu dengan produksi ASI yang rendah sempat mengalami penurunan produksi ASI yang signifikan setelah mengonsumsi fenugreek selama beberapa hari. Produksi ASI sang ibu menurun dari sekitar 118,3 ml per hari menjadi hanya beberapa tetes saja. Butuh waktu sekitar sepekan setelah berhenti mengonsumsi fenugreek untuk mengembalikan produksi ASI seperti semula.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement