Sabtu 21 Jan 2023 15:03 WIB

Sempat Kontak dengan Pasien Campak? Lakukan Hal Ini

Bila menemui gejala yang dicurigai campak, bawa anak segera ke dokter.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Bila menemui gejala yang dicurigai campak pada anak, bawa anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis pasti. (ilustrasi)
Foto: Republika
Bila menemui gejala yang dicurigai campak pada anak, bawa anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis pasti. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Campak merupakan penyakit yang berbahaya bagi anak karena dapat memicu komplikasi berat dan bahkan kematian. Tak hanya itu, campak juga dikenal sebagai penyakit yang sangat menular.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), satu pasien campak bisa membuat sembilan dari 10 orang di sekitarnya, yang memiliki usia beragam, terinfeksi campak bila mereka tak mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu, bila ada satu anak di rumah yang terkena campak, beragam upaya pencegahan perlu dilakukan agar anak-anak lain di rumah tersebut tak ikut tertular.

Baca Juga

"Campak itu penyakit yang ditularkan melalui droplet, droplet itu percikan air liur atau dahak dari anak yang mengandung virus campak," jelas dokter spesialis anak subspesialis saraf anak dr Arifianto SpA(K) kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Menurut dokter yang akrab disapa sebagai Dokter Apin ini, ada setidaknya lima hal yang perlu dilakukan bila ada satu anggota keluarga di rumah yang terkena campak. Berikut ini adalah kelima hal tersebut.

  • Kenali Gejala

Bila ada satu anggota keluarga di rumah yang terkena campak, waspadai pula kemunculan gejala campak pada anggota keluarga lainnya. Beberapa gejala campak adalah demam selama beberapa hari, muncul ruam di kulit, dan disertai dengan batuk-pilek, serta mata merah.

 

  • Periksa ke Dokter

Bila menemui gejala yang dicurigai campak pada anak, bawa anak ke dokter untuk mendapatkan diagnosis pasti. Terkadang, orang tua menganggap campak sebagai penyakit yang ringan sehingga merasa tak perlu pergi ke dokter. Padahal, penyakit yang mereka anggap ringan tersebut sebenarnya adalah roseola.

Kedua penyakit ini memiliki gejala yang mirip, yaitu memunculkan demam serta ruam. Akan tetapi, roseola bersifat ringan sedangkan campak bisa memicu terjadinya beragam komplikasi seperti pneumonia, diare dengan dehidrasi, gangguan penglihatan dan pendengaran, bahkan Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) yang mematikan.

 

  • Isolasi

Agar penderita campak perlu diisolasi agar tak menularkan penyakit kepada orang lain. Dokter Apin menganjurkan anak yang sakit campak untuk diisolasi dan tidak bertemu dengan orang lain setidaknya 14 hari.

Isolasi bisa dilakukan di rumah bila anak mengalami campak tanpa komplikasi. Bila menjalani isolasi di rumah, orang tua dianjurkan untuk memberikan makanan bergizi, minum yang cukup, serta kondisi yang nyaman untuk anak selama pemulihan.

Campak juga bisa disertai dengan komplikasi. Anak dengan campak yang disertai komplikasi perlu menjalani isolasi atau perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit, anak bisa mendapatkan perawatan lebih lanjut untuk komplikasi yang mereka alami. Sebagai contoh, anak dapat diberikan bantuan oksigen bila sesak napas atau diberikan infus bila mengalami diare dengan dehidrasi.

Dokter Apin mengatakan ada beberapa kelompok anak yang berisiko lebih besar terhadap komplikasi berat akibat campak. Kelompok tersebut adalah usia balita, anak dengan penyakit yang menekan daya tahan tubuh, anak dengan status gizi kurang baik, seperti malnutrisi, gizi kurang, dan gizi buruk, serta anak yang belum diimunisasi campak.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement