REPUBLIKA.CO. JAKARTA -- Tanpa kadar hormon seks yang memadai, baik pria maupun wanita akan dihadapkan pada timbulnya gejala. Meski begitu, gejala-gejala tersebut dapat berbeda pada setiap jenis kelamin. Timbulnya gejala andropause pada pria muncul secara lebih bertahap dibandingkan dengan gejala menopause pada wanita.
Sejauh ini, hanya ada sedikit bukti bahwa testosteron yang rendah menyebabkan masalah kesehatan pada pria. Namun, beberapa perubahan fisik dapat terlihat.
Gejala-gejala ini mungkin mulai muncul sekitar usia 45 tahun yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi, depresi, kecemasan, dan penambahan lemak yang cepat. Harvard Health menjelaskan, menurunnya kadar testosteron membuat pria mungkin mengalami penurunan massa otot dan lebih banyak lemak tubuh.
Seorang ahli urologi di New York City dan Direktur di Male Fertility and Microsurgery di RS Lenox Hill, dr Bob Berookhim, mengatakan penurunan kadar testosteron pada pria cenderung lebih lambat dan muncul pada usia berapa pun. Kebanyakan pria cenderung tidak mengalami gejala testosteron rendah secara tiba-tiba.
"Saya pikir hal itu mengurangi peluang bagi pria untuk datang berobat. Gejala-gejala ini sering kali tidak nyaman untuk dibicarakan oleh para pria," kata dr Bob seperti dilansir laman Express, Senin (23/1/2023).
Penurunan hormon pada pria lebih lambat dibandingkan wanita. Pasalnya, testis tidak kehabisan zat yang dibutuhkan untuk membuat testosteron. Semua pria terlahir dengan testosteron, tetapi kadarnya meningkat dengan cepat selama masa pubertas untuk memungkinkan tumbuhnya rambut di tubuh, otot-otot yang lebih besar, dan suara yang lebih berat.
Pria terus memproduksi sperma pada usia 80-an. Namun di sekitar usia 50 tahun, perubahan-perubahan kecil dapat memengaruhi fungsi testis.
Bagaimana "menopause" pria didiagnosis? Untuk menentukan apakah seorang pasien mengalami kekurangan testosteron, dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala-gejalanya.
Praktisi kesehatan juga dapat menyarankan tes untuk mengesampingkan masalah medis yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi tersebut. Sebagai alternatif, tes darah dapat digunakan untuk mengukur kadar testosteron.
Jika kadar testosteron rendah ditunjukkan dalam hasil tes, hal ini mungkin mengindikasikan adanya masalah yang mendasari pada kelenjar hipofisis. Menurut angka yang dirilis oleh University of Wisconsin, testosteron rendah dapat memengaruhi sekitar 12 persen pria berusia 50-an, 19 persen berusia 60-an, 28 persen berusia 70-an, dan 49 persen berusia 80-an.
Hasil penelitian menunjukkan, penurunan testosteron dapat dimulai sekitar usia 40 tahun dan berlanjut hingga usia lanjut. Hingga saat ini, penyedia layanan kesehatan belum menemukan cara untuk mencegah testosteron rendah akibat kerusakan pada testis atau kelenjar hipofisis.
"Mungkin terlihat seperti tidak ada gunanya mengganti testosteron, tetapi penelitian belum menunjukkan bahwa hal itu meningkatkan kesehatan secara keseluruhan pada rata-rata pria yang lebih tua," kata Harvard Health.