Senin 23 Jan 2023 16:13 WIB

Cara Merawat Luka Agar tak Berbekas

Pembentukan bekas luka umumnya terjadi dalam enam bulan pertama setelah cedera.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Tangan terluka (Ilustrasi). Terbentuknya bekas luka bisa dihindari.
Foto: Freepik
Tangan terluka (Ilustrasi). Terbentuknya bekas luka bisa dihindari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekas luka yang menetap di kulit mungkin membuat sebagian orang merasa terganggu. Penyebab lukanya bisa beragam, seperti tergores, cedera, atau akibat jahitan.

Apa pun pemicunya, seseorang pasti ingin membuat bekas luka tidak bertahan lama. Untuk meminimalisasi pembentukan bekas luka, seseorang perlu mengatasi penyembuhan luka, yang merupakan proses yang kompleks.

Baca Juga

Ada tiga fase utama dalam pembentukan itu, yakni peradangan, proliferasi, dan renovasi. Ketiganya diatur oleh bahan kimia pensinyalan tubuh khusus yang bekerja pada lapisan kulit.

Profesor dermatologi di Bond University, Michael Freeman, menjelaskan bahwa sebagian besar pembentukan bekas luka terjadi dalam enam bulan pertama setelah cedera. Fase pertama, yakni peradangan, terjadi untuk menghilangkan bakteri dan membawa suplai darah.

Idealnya, bakteri akan dikeluarkan dari kulit jika sudah diantisipasi adanya luka, seperti sebelum operasi. Membersihkan luka untuk menghilangkan bakteri dan spora bakteri penting untuk penyembuhan dan harus dilakukan dalam waktu dua jam setelah cedera.

Mengaplikasikan povidone-iodine akan membantu mengurangi kemungkinan aktivasi spora bakteri. Reaksi alami tubuh di fase ini meliputi pembentukan hidrogen peroksida.

Hanya saja, aplikasi eksternal dari antiseptik alami dapat memperlambat penyembuhan luka. Larutan antiseptik lemah yang mengandung perak (dengan saran yang tepat dari dokter atau apoteker) dapat memperbaiki pembentukan bekas luka.

Selanjutnya, ada fase proliferasi, yakni saat sel-sel pembuluh darah, sel-sel epidermis, dan fibroblas berkembang biak. Fibroblas merupakan sejenis sel yang membantu membuat kolagen untuk menopang jaringan ikat dan menyebabkan kontraksi bekas luka sehingga dapat "mengerutkan" kulit. Itu sebabnya bekas luka cenderung berwarna putih dan sedikit berkilau setelah kemerahan mereda.

Kolagen, protein tubuh paling melimpah yang membantu membuat kulit kuat, terus diproduksi dan "dipecah" oleh tubuh. Hal ini dapat memiliki efek berkelanjutan pada munculnya luka matang setidaknya selama enam bulan setelah pembentukan bekas luka.

Berikutnya adalah fase renovasi. Pembentukan bekas luka hipertrofik (yang terangkat di atas permukaan kulit tetapi berkurang perlahan) atau bekas luka keloid (yang menyebar di luar lokasi cedera dan tidak berkurang kemudian) lazimnya ditentukan secara genetik dan terkait dengan jenis cedera dan perawatan lukanya.

Untuk luka yang bersih dan tidak terinfeksi, Freeman menganjurkan pengaplikasian hidrogel (polimer yang mempertahankan kelembapan dan tidak larut) guna mempercepat penyembuhan. Syaratnya, tidak boleh ada infeksi pada luka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement