Senin 23 Jan 2023 22:11 WIB

Apakah Anak Tumbuh Tinggi atau Pendek karena Keturunan?

Meski ada faktor genetik atau keturunan, pertumbuhan anak bisa didukung lebih baik.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Lida Puspaningtyas
Petugas pos yandu mengukur tinggi badan anak usai penyerahan secara simbolis alat ukur Antropometri Kit oleh Ketua TP PKK Kota Bandung Yunimar Mulyana di Pos Yandu Anggrek RW 5, di kawasan kampung rajut, Kelurahan Binong, Kota Bandung, Selasa (17/1/2023). Semua pos yandu di Kota Bandung akan menerima alat ukur tersebut dengan harapan agar ada keseragaman untuk kekuratan dalam pengukuran balita di Kota Bandung.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas pos yandu mengukur tinggi badan anak usai penyerahan secara simbolis alat ukur Antropometri Kit oleh Ketua TP PKK Kota Bandung Yunimar Mulyana di Pos Yandu Anggrek RW 5, di kawasan kampung rajut, Kelurahan Binong, Kota Bandung, Selasa (17/1/2023). Semua pos yandu di Kota Bandung akan menerima alat ukur tersebut dengan harapan agar ada keseragaman untuk kekuratan dalam pengukuran balita di Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada yang menganggap anak tumbuh tinggi atau pendek karena faktor kedua orang tuanya. Jika ayah dan ibu tidak tinggi maka anak juga pendek, demikian juga sebaliknya.

"Memang sebenarnya semua anak punya faktor pertumbuhan masing-masing sesuai dengan keturunan. Secara genetis memang ada, tetapi ada faktor lain yang juga tidak kalah penting dalam mempengaruhi pola tumbuh kembang mereka," kata Duta Gizi Indonesia Reisa Broto Asmoro, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

Reisa menambahkan, yang juga menentukan pertumbuhan anak adalah asupan gizi, akses lingkungan, baik kebersihan, sanitasi sampai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang mereka jalani. Artinya, ia menegaskan meski ada faktor genetik atau keturunan, pertumbuhan anak bisa didukung lebih baik dengan melakukan hal-hal tersebut.

Jadi, ia menegaskan kekerdilan atau stunting bisa dicegah kalau memang dari awal dipersiapkan dengan baik. Bukan hanya berpatokan tinggi badannya saja melainkan juga berkaitan dengan tumbuh kembangnya.

Sementara jika anak mengalami stunting maka yang dilihat bukan hanya tingginya saja yang kurang melainkan juga perkembangan lainnya juga kurang. Oleh karena itu, ia menegaskan penting untuk merencanakan pertumbuhan anak dengan baik, mulai sejak awal bahkan sebelum ibunya hamil.

Kalau ditarik ke belakang, dia melanjutkan, persiapan seorang perempuan untuk menjadi ibu dilakukan sejak remaja putri yaitu jangan sampai terkena anemia.

"Karena kalau terkena anemia maka berisiko pengaruh pada tumbuh kembang anaknya. Jadi, harus rutin konsumsi tablet penambah darah dari remaja," ujarnya.

Kemudian, saat perempuan hamil maka ia harus tahu apa saja yang harus disiapkan termasuk gizi dan asupan makanannya harus sangat diperhatikan. Kemudian, pada saat hamil maka semua gizi harus masuk untuk mendukung tumbuh kembang janin.

Kemudian, pemeriksaan kehamilan juga harus rutin dilakukan dan pada saat anak lahir juga perhatikan gizinya dengan baik. Saat menyusui juga harus terpenuhi gizinya dan anaknya tidak kekurangan gizi.

"Memang faktor stunting itu kompleks dan panjang, tetapi yang paling penting memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak sejak di masa kandungan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement