Rabu 25 Jan 2023 14:34 WIB

Tak Perlu Salmon, Penuhi Kebutuhan Protein Anak Bisa dengan Konsumsi Lele

Banyak sumber protein yang harganya jauh lebih murah dibandingkan salmon

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Warga menimbang lele sebelum dijual, (ilustrasi). Kebutuhan protein anak bisa dengan mengonsumsi ikan yang harganya lebih murah seperti ikan lele.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga menimbang lele sebelum dijual, (ilustrasi). Kebutuhan protein anak bisa dengan mengonsumsi ikan yang harganya lebih murah seperti ikan lele.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikan salmon dikenal sebagai salah satu sumber protein yang berkualitas tinggi, namun harganya tidak murah. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan protein anak bisa dengan mengonsumsi ikan yang harganya lebih murah seperti ikan lele.

"Untuk mencukupi protein anak-anak tak mesti harus salmon karena banyak sumber protein yang harganya jauh lebih murah dibandingkan salmon dan mudah didapatkan. Contohnya saja ganti dengan lele, tetapi yang dipelihara budidaya khusus, jadi bukan yang kehidupannya jorok," ujar Ahli Gizi dari Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Zuly Farhaendy, Rabu (25/1/2023).

Baca Juga

Ia menambahkan, banyak peternak lele melakukan budidaya ikan ini dengan cara yang baik. Jadi, kebutuhan protein tak hanya dengan ikan salmon yang harganya lumayan, bahkan ikan lokal di Tanah Air seperti lele juga bisa jadi pilihan.

Bahkan, ia menyebutkan kandungan gizi dalam ikan lele lebih besar dibandingkan salmon. Selain itu, ia menyebutkan banyak makanan yang menjadi sumber protein yang harganya lebih murah seperti hati sapi, hati ayam hingga telur. "Jadi, sesuai kemampuan saja," katanya.

Lebih lanjut ia mengingatkan, salah satu faktor terjadinya kekerdilan (stunting) adalah kekurangan salah satu zat gizi protein dalam waktu yang sangat lama dan nantinya akan menghambat proses pertumbuhan. Ia mengingatkan stunting adalah satu keadaan gizi kronik dalam jangka waktu lama. Sehingga, nanti mengakibatkan pertumbuhan anak terganggu, anak terlihat lebih pendek dibandingkan usianya.

Ia menambahkan, yang bisa mempengaruhi kekurangan protein adalah terhambatnya insulin like growth factor (IGF)-1. Ia menjelaskan, IGF-1 ini adalah hormon untuk pertumbuhan tulang.

Kemudian ketika protein kurang maka IGF-1 jadi bekerja tidak efektif dan akhirnya pertumbuhan tulang pada anak ini akan terganggu. Nantinya ini akan menghambat pertumbuhan anak dan tingginya tidak sesuai dengan usianya.

Dia melanjutkan, ketika zat gizi tidak terpenuhi dengan optimal nantinya akan menghambat metabolisme dalam tubuh kita dan nantinya mengakibatkan penyakit kronik. "Penyakit kronik adalah penyakit yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, salah satunya jantung, diabetes mellitus hingga tekanan darah tinggi (hipertensi)," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement