REPUBLIKA.CO.ID, PARIS—Tujuh tahun yang lalu, gim seluler “Pokemon Go” menggemparkan dunia, dan sekarang pembuat gim, Niantic, Inc. bertujuan untuk memasukkan daya tarik “dunia nyata” yang sama ke dalam gim bola basket baru mereka. Gim bola basket baru Niantic bernama “NBA All-World”.
Dilansir dari Japan Today, pemain “Pokemon Go” dipandu oleh ponsel mereka ke lokasi dunia nyata untuk mengumpulkan makhluk ajaib, sementara “NBA All-World” memungkinkan pemain untuk saling menantang dalam permainan di jalanan.
John Hanke, bos Niantic, yang memproduksi kedua gim tersebut, menekankan bahwa seperti halnya Pokemon, pemain gim NBA juga hanya memerlukan ponsel. Gim ini tidak ada headset atau kacamata VR yang mahal.
Dia mendorong gim bergaya hibrid ini sebagai “metaverse dunia nyata”, yang membedakannya dari pengalaman yang dipromosikan oleh Microsoft dan pengguna lain yang duduk di rumah dengan menggunakan penutup muka. “Saya pikir penting untuk mendukung apa yang kita lakukan di dunia nyata sebagai manusia, seperti pergi ke restoran, bertemu teman, dan tidak tinggal di rumah,” katanya kepada AFP dalam sebuah wawancara. “Mengenakan headset VR sendiri, bagi saya itu adalah masa depan yang sangat sepi dan menakutkan. Saya harap manusia tidak pergi ke arah itu.”
Dalam “NBA All-Word”, yang dirilis pekan ini dan Prancis dan Selasa depan (31/1/2023) secara global, para pemain memilih bintang NBA favorit mereka sebagai avatar dan bertemu serta bermain dengan orang lain di jalanan. Aspek sosial dari gim tersebut, kata Hanke, menjadi ponsel sebagai perangkat yang sempurna untuk dimainkan. “Ini mobile, biaya rendah dan hampir semua orang memilikinya,” katanya.
Niantic berharap mendapatkan keuntungan dari transaksi mikro, yakni pemain dapat membelanjakan sedikit untuk item virtual yang memungkinkan mereka bergerak lebih cepat melalui gim atau menyesuaikan avatar mereka dengan sepatu kets dari merek seperti Adidas atau Puma. Hanke juga mengakui bahwa kesuksesan “Pokemon Go” telah membantu Niantic mendapatkan mitra korporat tingkat tinggi. “Kesuksesan ‘Pokemon Go’ tentu sangat membantu kami,” katanya.
‘Pokemon Go” yang telah diunduh lebih dari satu miliar unduhan menghasilkan sekitar satu miliar dolar atau sekitar Rp 14,9 triliun, menurut perkiraan dari perusahaan analitik Sensor Tower.
Namun, setelah itu Niantic nyaris tidak pernah meraih kesuksesan serupa. Contohnya, Niantic meluncurkan “Harry Potter: Wizard Unite” pada 2019, hanya untuk menutupnya pada Januari tahun lalu karena kurangnya minat. Seperti banyak perusahaan lain di sektor teknologi, Niantic juga melakukan pengurangan tenaga kerja tahun lalu. Mereka memangkas delapan persen stafnya dan menghentikan empat proyek gim video.