Oleh : Ahmad Fikri Noor, Redaktur Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin meminta adanya penelusuran dugaan mafia beras. Hal itu sebagaimana yang disampaikan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Mafia beras disebut menjadi salah satu penghambat penurunan harga beras.
"Kalau masalah mafia (beras) harus didalami apa betul ada. Saya akan minta pihak terkait menyelidiki hal itu," kata Ma'ruf usai menghadiri Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Pernyataan Ma'ruf tersebut merespons apa yang telah disampaikan Budi Waseso sebelumnya dalam pertemuan dengan wartawan. Buwas, sapaan akrabnya, menyebut mafia telah menjadi biang keladi operasi pasar beras yang dilakukan Bulog tak efektif turunkan harga.
Dia mengatakan, salah satu penyebab operasi pasar beras belum efektif turunkan harga lantaran ulah pedagang-pedagang besar yang nakal. Mereka yang biasa membeli beras Bulog dalam jumlah besar dan menjadi penyalur ke pedagang eceran, menjual dengan harga tinggi.
Harga jual beras dari Bulog sebesar Rp 8.300 per kg. Namun, berdasarkan temuan Bulog, para pedagang besar itu justru menjual beras dari Bulog dengan harga tinggi hingga Rp 9.500 per kg. Padahal, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium di tingkat konsumen hanya Rp 9.450 per kg.
Buwas mengatakan, jika ternyata terdapat oknum karyawan Bulog yang juga turut bermain, bakal dipecat. "Saya tahu permainan-permainan di Bulog. Saya tidak ada ragu-ragu untuk memecat yang bersangkutan. Seperti di Sulawesi Selatan beras hilang dipinjam, alasan apapun itu salah. Dipidana dan pecat duluan saja," katanya.
Efektivitas Bulog menurunkan harga beras memang menjadi sorotan karena Bulog termasuk pihak yang cukup gencar menyuarakan kebijakan impor beras pada akhir tahun lalu. Setelah impor beras dilakukan dan mulai masuk bertahap ke Tanah Air hingga saat ini, gerak harga beras di konsumen belum mau mengarah ke bawah.
Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional, harga beras medium pada Juli 2022 adalah Rp 10.700 per kg. Pada Desember 2022, harganya sudah bertengger ke level Rp 11.340 per kg atau naik 6 persen. Sementara, untuk harga beras medium per Jumat (27/1/2023), kini sudah mencapai Rp 11.580 per kg.
Kenaikan harga beras memang tidak gila-gilaan seperti fluktuasi komoditas cabai atau bawang. Tapi, perlu diingat, beras adalah konsumsi pokok mayoritas masyarakat dan juga berdampak pada penentu garis kemiskinan.
Jika ditelusuri, dinamika perberasan pada tahun lalu memang unik. Harga beras relatif landai dalam semester I 2022 karena faktor panen raya meski konsumsi masyarakat mulai pulih dari efek pandemi Covid-19.
Sayangnya, saat panen raya tersebut, Bulog tidak mengoptimalkan penyerapan beras untuk memperkuat cadangan. Hal itu diakui oleh Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Meski begitu, Arief juga menyebut, Bulog memang terkendala menyerap beras karena tidak memiliki outlet penyaluran beras. Sederhananya, secara bisnis Bulog tidak punya kekuatan untuk membeli beras karena khawatir tidak bisa menjualnya kembali. "Sehingga, dikhawatirkan apabila Bulog memiliki terlalu banyak stok namun kurang dalam hilirisasinya maka akan sulit dalam menjaga kualitas stoknya," ujar Arief.
Dari permasalahan itu, cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog bahkan sempat menyentuh level di bawah 500 ribu ton. Angka itu jauh di bawah ketentuan minimal 1 juta ton beras.
Kondisi minimnya CBP itu menjadi bola liar dan turut memicu harga beras naik. Pemerintah pun mengambil sikap untuk segera melakukan impor beras walaupun baru saja diberikan penghargaan karena berhasil swasembada dari FAO.
Dalam beberapa pekan ke depan, panen raya akan berlangsung di seluruh sentra pertanian di Indonesia. Mudah-mudahan, pelajaran dari tahun lalu bisa kita petik agar tak terjadi lagi drama perberasan pada tahun ini.