Ahad 29 Jan 2023 15:09 WIB

Ketika Swedia Menganggap Muslim Mengancam Peradaban Barat

Serangan terhadap tempat ibadah dan teror terhadap Muslim semakin sering di Swedia.

Red: Joko Sadewo
Pembakaran Alquran di Swedia picu kerusuhan.
Foto: Welt News
Pembakaran Alquran di Swedia picu kerusuhan.

Oleh : Hasanul Rizqa, Redaktur Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Provokasi Islamofobia kembali terjadi di Benua Eropa. Baru-baru ini, Swedia menjadi negara tempat munculnya insiden yang mengindikasikan kebencian terhadap Islam. Pada Sabtu (21/1/2023), seorang ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark membakar mushaf Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm.

Rasmus Paludan, pelaku aksi tersebut, ternyata dianggap tidak melanggar aturan hukum setempat. Faktanya, ia justru mendapatkan izin dari pihak penegak hukum sebelum melakukan agitasi itu.

Media sosial menjadikan aksinya viral dalam sekejap. Warga dunia, khususnya kalangan Muslimin, memprotes keras ulah Paludan. Dalam unggahan Twitter, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson berdalih dengan kata “kebebasan” dan “demokrasi” saat mengomentari tindakan Islamofobia itu.

“Kebebasan berekspresi adalah hal mendasar dalam demokrasi. Namun, apa yang sesuai hukum belum tentu patut. Membakar kitab yang dianggap suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat kasar. Saya ingin menyatakan simpati kepada semua Muslim yang merasa terhina oleh apa yang terjadi di Stockholm,” tulisnya, Sabtu lalu.