Oleh : Setyanavidita Livicakansera.
REPUBLIKA.CO.ID, Tahun lalu, jelas bukan tahun yang baik bagi industri usaha rintisan di Indonesia dan dunia. Menurut Layoff.fyi, situs pemantau PHK startup, ada 808 startup melakukan PHK di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, pada akhir 2022, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Republik Indonesia mencatat, telah terdapat sekitar 2.000 pegawai usaha rintisan yang terdampak oleh PHK yang dilakukan perusahaan. Ada berbagai sebab yang menyebabkan badai PHK ini terjadi.
Salah satunya, restrukturisasi perusahaan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Dalam proses ini, beberapa posisi mungkin dihapus atau digabungkan. Selain itu, ada pula perubahan teknologi.
Perkembangan teknologi yang cepat, memang dapat membuat beberapa posisi menjadi tidak relevan atau tidak dibutuhkan lagi. Dari segi penurunan permintaan pasar, produk atau layanan yang dulu sangat diminati ketika pandemi, kemudian mengalami penurunan.
Hal ini juga ikut memainkan peran dalam keputusan perusahaan mengurangi jumlah karyawan. Tapi, terlepas dari faktor tersebut, perusahaan rintisan di era digital, tetaplah perusahaan pada umumnya.
Dalam arti, road to profit, fundamental bisnis yang jelas, efisiensi, dan memiliki aliran pemasukan yang jelas, tetap memiliki dampak yang tak tergantikan. Baik itu untuk perusahan dengan teknologi terdepan, maupun perusahaan konvensional, sejenis bisnis kuliner berkonsep amigos sekalipun.
Memasuki 2023, tren usaha rintisan diperkirakan masih akan tetap dibayangi ancaman PHK dimana-mana. Nama-nama yang besar dan sempat menguasai pasar, juga biasanya berganti lebih cepat di era digital mengingat tingginya dinamika perilaku para pengguna.
Tapi, industri digital tetap saja akan menghadirkan banyak peluang baru. Pemanfaatan teknologi 5G, akan meningkatkan kecepatan dan kualitas koneksi internet.
Kemudian, peningkatan penggunaan teknologi AI dan machine learning juga akan terjadi di berbagai industri. Industri IoT, smart home, virtual dan augmented reality, juga akan terus bergeliat.
Tak ketinggalan, teknologi blockchain dalam berbagai bidang, seperti keuangan dan logistik, juga akan makain dikenal. Tapi, secanggih apapun teknologi yang digunakan, narasi cerita cinderella, dimana sebuah usaha bisa mendapat suntikan dana dalam kurun waktu singkat lalu melesat, mungkin akan semakin jarang ditemui.
Karena, saat ini usaha rintisan dituntut untuk bisa bertahan. Bukan hanya, menambah pengguna atau tumbuh 1.000 kali lipat dalam kurun waktu hanya beberapa bulan.