Senin 30 Jan 2023 17:36 WIB

Maraknya Kabar Penculikan Anak Bikin Cemas, Orang Tua Harus Bagaimana?

Tidak semua kabar penculikan anak adalah hoaks alias berita bohong.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Orang tua menjemput siswa sekolah di SD Masjid Syuhada, Yogyakarta, Senin (30/1/2023). Pihak sekolah mengetatkan aturan penjemputan siswa saat pulang mulai pekan ini. Hal ini untuk mewaspadai beberapa kasus penculikan anak saat pulang sekolah. Komisi Perlindungan Anak mencatat sepanjang 2022 terdapat 21 laporan kasus penculikan anak.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Orang tua menjemput siswa sekolah di SD Masjid Syuhada, Yogyakarta, Senin (30/1/2023). Pihak sekolah mengetatkan aturan penjemputan siswa saat pulang mulai pekan ini. Hal ini untuk mewaspadai beberapa kasus penculikan anak saat pulang sekolah. Komisi Perlindungan Anak mencatat sepanjang 2022 terdapat 21 laporan kasus penculikan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berita tentang penculikan anak telah  membuat banyak orang tua menjadi khawatir. Terlepas dari kebenaran kasusnya, kabar yang berseliweran dapat menjadi alarm waspada bagi ayah dan ibu untuk semakin melindungi buah hatinya.

Psikolog Karina Adistiana mengingatkan bahwa ancaman bahaya dan niat jahat terhadap anak akan selalu ada. Menyikapi potensi risiko tersebut, ia mengajak orang tua untuk menerima terlebih dulu fakta bahwa Indonesia termasuk negara yang kurang aman untuk anak-anak.

Baca Juga

Orang tua juga tidak bisa terlalu polos, seperti enggan percaya terhadap kasus penculikan. Akan tetapi, ayah dan ibu harus ingat bahwa membentengi anak perlu dilakukan tidak dengan cara menakut-nakutinya.

"Intinya, orang tua perlu mengajak anak mengenali lingkungan, bersama siapa dia pergi kemudian tahu apa yang harus dilakukan kalau dia pergi dari rumah," kata Karina saat dihubungi Republika.co.id, Senin (30/1/2023).

Berikut tips dari Karina dalam bentuk kewaspadaan maupun tindakan pencegahan penculikan anak.

1. Tumbuhkan kesadaran keamanan pada anak

Menurut Karina, ada saja jalan instan untuk memantau keberadaan anak, misalnya dengan bantuan teknologi. Tetapi, yang lebih penting dan sering kali tidak disadari adalah menumbuhkan kesadaran keamanan pada anak.

"Kreativitas orang tua membekali buku berisi alamat-alamat, misalnya, boleh-boleh saja. Tapi saya yakin jarang orang orang menumbuhkan kesadaran keamanan," kata Karina.

Karina mencontohkan upaya menumbuhkan kesadaran ini. Misalnya, ketika anak diajak pergi ke suatu tempat, misalnya pusat perbelanjaan, selalu beri tahu anak beberapa hal yang bekaitan dengan keamanan.

Tunjukkan cara mencari satpam, kapan harus mendatangi satpam, dan letak pintu darurat. Jadi, bukan sekadar membekali anak dengan kartu identitas, melainkan membekali anak pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan jika menghadapi situasi bahaya.

Jika sudah dibiasakan sedini mungkin, anak akan punya kesadaran keamanan sehingga saat mengalami situasi bencana atau bahaya, dia langsung bisa berpikir tahapan-tahapan yang bisa dilakukan. Anak bisa memikirkan, menganalisis situasi, dan bertindak cepat.

"Itu jauh lebih penting dibanding hanya bawa kartu identitas dia," kata Karina.

Pada 2012, saat kasus penculikan juga cukup mencuat, Karina menciptakan sebuah lagu berjudul "Panggilan Sayang" dan "Rumah di Mana". Namun, saat bernyanyi lagu dengan menyebutkan nama dan alamat ini hanya boleh dilakukan di rumah atau secara internal dan ketika anak dalam kondisi bahaya. Membangun kesadaran anak bisa dilakukan mulai dari saat dia sudah belajar bicara atau bernyanyi.

Orang tua bisa mencoba membuat sendiri dengan nama dan alamat yang bisa diganti-ganti dari lagu tersebut. Lagu tersebut bisa dilihat di kanal Youtube Peduli Musik Anak.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement