REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) buka suara soal tiadanya sosok BJ Habibie dalam panel fisik berisi sejarah riset dan inovasi Indonesia di kantor BRIN, Jakarta. Alasannya, hal itu terjadi akibat keterbatasan ruang yang ada sehingga penjelasan sejarah di sana hanya berfokus pada peristiwa penting, yang secara langsung mendasari pembentukan BRIN.
"Dengan keterbatasan space yang ada, kami fokuskan pada peristiwa penting yang secara langsung dapat mewakili lima eks lembaga yang berintegrasi menjadi BRIN, dan apa yang mendasari pembentukan BRIN," ujar Kepala Biro Komunikasi Publik Umum dan Kesekretariatan BRIN, Driszal Friyantoni, kepada Republika, Sabtu (4/2/2023).
Namun, Driszal menerangkan, peran BJ Habibie sebagai Bapak Teknologi Indonesia tertampil secara lengkap di dalam publikasi lain. Publikasi yang dimaksud, yakni pada buku profil BRIN, video sejarah riset, dan inovasi Indonesia yang ditayangkan pada Peringatan Hakteknas ke-26 Agustus 2021, dan yang terakhir pada panel timeline Sejarah Riset dan Inovasi Indonesia pada booth BRIN di Pameran InaRIE Oktober 2022 lalu.
"Mulai dari peran beliau membangun fondasi IPTEK Indonesia, sampai pembangunan infrastruktur IPTEK, seperti terbentuknya BPPT, PUSPIPTEK, BPIS, Beasiswa Habibie, hingga DRN," kata dia.
Selain itu, Driszal mengatakan, di lobi kantor BRIN pun dapat dilihat ada penggambaran sosok Habibie muda. Hal itu menandai peran pria berjuluk Mr Crack itu memang tidak mungkin dapat dihapuskan. Keyakinan seperti itu juga diperlihatkan dalam penghargaan BRIN bagi sosok berprestasi.
"Ini juga kami perlihatkan dalam penghargaan bagi sosok berprestasi dalam bentuk Habibie Prize," kata dia.
Belakangan, BRIN terus menjadi pembahasan di media sosial. Kali ini, yang disoroti adalah keterangan sejarah riset dan inovasi Indonesia yang terpampang di Gedung BJ Habibie, kantor BRIN.
"Sejarah/garis waktu iptek nasional versi BRIN di gedung BJ Habibie, Kantor Pusat BRIN hanya dua tokoh yang muncul, yaitu Ir Soekarno dan beliau (kepala BRIN) sendiri. Luar biasa. Beliau memang bukan sembarang beliau," cuit akun @brin_watch di lini masa Twitter, dikutip Sabtu (4/2/2023).
Cuitan tersebut dibarengi dengan unggahan foto papan keterangan sejarah riset dan inovasi Indonesia tersebut. Pada papan paling kiri terpampang gambar Presiden Sukarno dengan keterangan tahun 1948. Pada tahun tersebut tertulis pembentukan Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam (OPIPA) dengan keterangannya.
Di papan sebelahnya terpampang tahun 1960. Pada tahun tersebut dijelaskan terjadi pembangunan reaktor nuklir pertama di Indonesia, yakni reaktor Triga Mark II. Lalu di papan sebelahnya lagi tertulis tahun 1964, yakni terjadinya peluncuran roket Kartika-I beserta keterangannya.
Papan berikutnya melompat ke tahun 1995. Pada tahun itu dilakukan penerbangan perdana pesawat N-250. Di sana hanya dijelaskan soal pesawat tersebut diterbangkan dari Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, kemudian menjadi penanda Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas). Tak ada penjelasan soal sosok di balik pengembangan pesawat tersebut, yakni BJ Habibie.
Baca juga : Selesaikan Gaduh di BRIN...
Di sebelah papan soal pesawat tersebut, terpampang peristiwa tahun 2002. Ketika itu, terbit Undang-Undang (UU) Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek). Dalam papan yang sama, terpampang keterangan soal terbitnya UU Sisnas Iptek.
Hingga pada papan paling kanan, yakni yang paling ujung, masuk ke tahun 2021 soal pembentukan BRIN. Dalam papan tersebut terpampang gambar sosok Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, yang kini masih menjabat.