Senin 06 Feb 2023 16:25 WIB
1 Abad NU

Nderek Ulama Merawat Jagat dan Membangun Peradaban untuk Umat

NU harus melihat tantangan dan berkontribusi menyambut aspirasi umat ke depan.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (keenam kiri), Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (tengah), Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Anwar Manshur (kelima kanan), Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta (kedua kiri) serta jajaran fokopimda Jatim dan pengurus PWNU Jatim menghadiri Peluncuran Hitung Mundur Satu Abad NU dan Halal Bihalal di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/5/2022).
Foto: ANTARA/Moch Asim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (keenam kiri), Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar (tengah), Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Anwar Manshur (kelima kanan), Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta (kedua kiri) serta jajaran fokopimda Jatim dan pengurus PWNU Jatim menghadiri Peluncuran Hitung Mundur Satu Abad NU dan Halal Bihalal di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (31/5/2022).

Oleh : Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur

REPUBLIKA.CO.ID, Perhelatan puncak acara peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan di Sidoarjo Jawa Timur disambut antusias oleh umat Islam dan warga Nahdliyin dari seluruh Indonesia, bahkan perwakilan dunia tumplek bleg di bumi Mojopahit Jawa Timur. Hal ini dibuktikan dengan konfirmasi kahadiran jamaah NU, mulai dari rombongan pengurus besar, pengurus wilayah di seluruh Indonesia, pengurus cabang, pengurus cabang istimewa NU internasional, sampai pengurus ranting NU. Peringatan Satu Abad NU menyedot perhatian dunia.

Perhelatan dihadiri kehadiran para pimpinan badan otonom dan pimpinan dan anggota lembaga NU maupun perwakilan dari berbagai negara, pejabat sipil, masyarakat biasa, dan jamaah pengajian. Acara juga dilengkapi dengan seminar dan konferensi, perhelatan seni, istighotsah, majelis manaqib di kampung kampung, shalawatan dengan total diperkirakan sekitar 1 juta orang.

Salah satu perkembangan signifikan dalam sejarah NU dapat terlihat dalam formasi kepengurusan baru NU dibawah kepemimpinan Rais Aam KH Miftachul Achyar dan KH Yahya Cholil Staquf dengan mengajukan tema Merawat Jagat, Membangun Peradaban dengan maksud menguatkan hidmad Nahdlatul Ulama untuk kemaslahatan umat di seluruh dunia. Dari susunan tersebut jelas terlihat NU sedang mengaspirasi banyak elemen dan tokoh strategis, sekaligus memperdalam basis di kalangan pesantren tua dan pesantren modern unsur tokoh tokoh perempuan, tokoh pondok pesantren utama dan unsur profesional, pemangku kewilayahan di Nusantara.

Dapat dipastikan kemeriahan itu ditunjang PBNU dan unsur dzurriyah pendiri NU, unsur ulama ulama kharismatik yang menjadi bagian integral kepengurusan baik di jajaran Mustasyar, jajaran Syuriah, jajaran A’wan Syuriah dan jajaran tanfidziyah di samping unsur kader profesional yang sedikit menghilangkan sekat latar belakang politik agar mereka saling mengontrol satu sama lainnya. Tema harlah itu dimaksudkan sebagai bagian dari kehendak untuk merajut kembali rumah besar NU yang lebih luas sekaligus memperdalam pondasi pengembangan umat dan perluasan kader yang lebih heterogen disesuaikan tantangan ke depan yang lebih kompleks, lebih mondial, dunia tanpa batas, borderless, yang menjadi pilar Indonesia yang adil, dunia yang toleran, berkepribadian menuju bangsa yang sejahtera.

NU harus melihat tantangan dan berkontribusi menyambut aspirasi umat ke depan, di mana dunia yang lebih membutuhkan kehadiran kejuangan untuk membangun dan mengembangkan Islam yang ramah, membangun persatuan umat dan kesejahteraan, serta siap menjadi rahmad penduduk dunia melalui internalisasi ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah yang baik akhlaknya dan berwibawa dalam kehidupan nyata. PBNU tampak ingin menghidupkan kembali ruh kejuangannya. Salah satu tantangan NU memasuki usianya ke-100 tahun di abad kedua ialah pengkaderan dan proliferasi ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah pada aras yang lebih luas di dunia internasional dan menjadikan kemanusiaan sebagai basis tatanan dunia baru.

PBNU sadar pada tataran pelaksanaan Aswaja An-Nahdliyah dalam masyarakat mondial tak hanya dikuatkan dengan berbagai cara dan bentuk ritual keagamaan atau majelis majelis kultural yang selama ini terpupuk baik dalam masyarakat NU, namun harus dihidupkan dalam tatanan dunia, di mana sikap tasammuh, nilai tawazzun, sikap tawassuth, toleran yang berkeadilan, sebagai bagian hidup, -the way of life- keagamaan dan kemasyarakatan dunia.

Sebagai organisasi keagamaan dunia yang terus tumbuh berkembang, NU terus menguatkan sistem pengkaderan dan optimalisasi kader atau keluarga besar NU. PBNU juga memiliki tantangan untuk membangun sistem transformasi digital dakwah yang lebih profesional. Transformasi digital dan penguasaan information technology juga mendesak dalam sistem administrasi organisasi, sistem kepemimpinan dan sistem komunikasi dan sistem dakwah.

NU kali ini memasuki era baru memperkuat TV online, digital news letter, NU Online, networking dan sistem informasi melalui saluran saluran media sosial yang lebih solid dan berkelanjutan. Hal besar yang menjadi fokus khidmad NU adalah penguatan puluhan ribu lembaga pendidikan pesantren di desa desa, di kota kota dan di pedalaman.

Pengembangan pendidikan dasar dan menengah serta pengembangan Perguruan Tinggi NU akan menjadi fokus khidmad lima tahun ke depan, di samping sistem pengkaderan formal dan optimalisasi kader profesional dan menyapa mereka yang ada di berbagai jenjang pimpinan eksekutif, di berbagai jabatan di lembaga legislative, di berbagai kementerian, berbagai provinsi, dan berbagai lembaga lembaga negara maupun kader yang tersebar di berbagai partai politik. Tentu NU akan terus mendorong mereka untuk terus bergerak namun dalam tataran manhaj jam’iyah yang benar dimana NU merupakan jam’iyah yang menaungi kader-kader dan lembaga yang berafiliasi NU.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement