Selasa 07 Feb 2023 12:53 WIB

Tanda Olahraga Terlalu Keras: Keringat Banyak tapi Badan tak Terasa Bugar

Perlu dibedakan antara menantang diri dan memaksakan diri terlalu jauh olahraga.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Tanda orang terlalu keras dalam olahraga. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Tanda orang terlalu keras dalam olahraga. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendefinisikan "olahraga yang baik" sebagai aktivitas dengan banyak keringat dan detak jantung yang sangat tinggi, tidak sepenuhnya benar. Berolahraga berlebihan atau lebih keras dari yang seharusnya juga tidak akan memberikan manfaat baik bagi tubuh.

Pada dasarnya, apabila hanya mendapat keringat yang mengucur deras dan detak jantung cepat tanpa merasa tubuh menjadi lebih bugar, itu tandanya seseorang berolahraga lebih keras dari yang seharusnya. "Ada perbedaan antara menantang diri sendiri dan memaksakan diri terlalu jauh dalam hal kebugaran,” ujar pelatih pribadi bersertifikat RaGina McKissick, dikutip dari laman Huffington Post, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Nyatanya, olahraga intensitas rendah seperti yoga atau berjalan kaki sama pentingnya dengan jenis olahraga intensitas tinggi. Rutinitas kebugaran itu bisa dipilih sesuai kebutuhan. Olahraga intensitas tinggi mungkin diperlukan, namun tidak untuk setiap kali sesi latihan.

Studi telah menunjukkan manfaat olahraga intensitas rendah. Rutin berjalan kaki 21 menit sehari dapat menurunkan risiko penyakit jantung hingga 30 persen, sementara olahraga seperti yoga dapat mengurangi sakit punggung kronis dan berimbas baik bagi kesehatan mental.

Para ahli berbagi pendapat dan informasi yang perlu diketahui tentang latihan intensitas rendah, serta efektivitasnya yang tidak kalah dari latihan intensitas tinggi. Salah satunya terkait dengan fakta bahwa seseorang sebenarnya tak perlu mencapai detak jantung maksimal pada setiap kali sesi latihan.

"Detak jantung kebanyakan orang (termasuk atlet) tetap antara 60 persen dan 80 persen dari detak maksimal selama latihan kardio, dan itu tidak apa-apa," ujar direktur penelitian kedokteran olahraga di Mayo Clinic Health System Onalaska di Wisconsin, Andrew Jagim.

Sekadar terobsesi untuk mencapai detak jantung maksimal di pelacak kebugaran tidak memberikan manfaat. Kecuali, jika seseorang melakukan jenis pelatihan yang sangat spesifik. Untuk kebugaran aerobik, daya tahan dasar, dan pembakaran lemak, rentangnya tetap di kisaran 60 persen hingga 80 persen.

Perbandingan lainnya, banyak latihan intensitas tinggi bergantung pada latihan interval waktu. Artinya, harus diselingi dengan pemulihan dan tidak boleh terus-menerus. Tidak demikian dengan latihan intensitas rendah yang fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kecepatan masing-masing orang.

McKissick menyebutkan, latihan intensitas rendah seperti berjalan, barre, pilates, dan kelas dansa dapat dilakukan selama yang dinginkan. Seseorang juga dapat fokus pada hal lain seperti gerakan, jangkauan, mobilitas, fleksibilitas, kedalaman, dan kekuatan.

Instruktur kebugaran kelompok di Lumos Yoga & Barre di Philadelphia itu menyoroti manfaat lain dari latihan intensitas rendah, yakni membuat seseorang fokus mengendalikan pernapasan. "Sering kali dalam latihan intensitas tinggi, orang tidak tahu bagaimana bernapas dengan benar sehingga cepat lelah, pusing, atau mual," kata McKissick.

Menambahkan latihan intensitas rendah ke dalam rejimen kebugaran juga memungkinkan seseorang untuk berlatih silang, sesuatu yang umum di kalangan atlet profesional dan perguruan tinggi. Seseorang bisa menantang diri sendiri dengan cara berbeda.

Penting juga untuk mendengarkan tubuh dan melakukan rejimen kebugaran yang disukai. Bisa saja menggabungkan berbagai jenis olahraga, seperti latihan kekuatan, kardio, dan latihan intensitas rendah. Jika latihan tertentu yang jadi tren tidak berhasil, temukan latihan lain.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement