Selasa 07 Feb 2023 20:48 WIB

Mau Nikah Sederhana di KUA, Bagaimana Bilang ke Orang Tua?

Tren menikah di KUA menjadi angin segar bahwa menikah tidak membebani.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Menikah sederhana di KUA. Sebelum menikah di KUA, calon pengantin perlu meminta izin dan memberikan pemahaman kepada orang tua. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Menikah sederhana di KUA. Sebelum menikah di KUA, calon pengantin perlu meminta izin dan memberikan pemahaman kepada orang tua. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menikah di KUA saat ini semakin diminati anak muda. Namun niat baik tersebut dinilai perlu dibicarakan terlebih dulu bersama orang tua. Bukan tidak mungkin keputusan menikah di KUA bertentangan dengan keinginan orang tua.

Psikolog Ifa Hanifah Misbach mengatakan, butuh dialog dan diskusi panjang antara anak (calon pengantin) dengan orang tua untuk meminta izin menikah secara sederhana di KUA. “Itu perlu dialog dan diskusi jauh-jauh hari. Itu harus dibicarakan dari hati ke hati,” kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Ifa menekankan, hal terpenting dari pernikahan adalah mempelai "selamat" dan semua syarat terpenuhi. Menurut dia, sebuah perayaan hanya seremoni duniawi saja, yang jika tak diselenggarakan maka tidak masalah.

Dia mengatakan, pernikahan yang sederhana memberi dampak positif kepada mempelai karena pernikahan jadi lebih bermakna. Mereka jadi tahu apa yang penting saat menikah yakni penghulu, saksi kedua mempelai, orang tua kedua mempelai, ayah dari pihak perempuan yang menyerah terimakan kepada laki-laki.

“Kalau syarat sudah terpenuhi apa salahnya,” ujar Ifa.

Tren menikah di KUA menjadi angin segar bahwa menikah tidak membebani, meminimalisasi stres, dan tidak perlu mengikuti apa kata orang lain. Ifa mengatakan, tuntutan zaman membuat generasi muda lebih realistis dan membuang gengsi dalam menjalani kehidupan.

Menurut dia, tidak mudah melawan "value" orang tua yang biasanya ingin menyelenggarakan resepsi pernikahan besar untuk anaknya. “Karena itu butuh kelegowoan orang tua. Apalagi kalau datangnya dari keluarga besar yang saudara orang tuanya besar. Jalan tengahnya antara anggota keluarga inti,” kata Ifa.

Ifa menyebut, perkembangan teknologi juga memudahkan calon mempelai mengumumkan pernikahannya. Calon mempelai juga bisa membagikan bahwa mereka memutuskan tidak mengundang banyak orang lewat media sosial.

“Yang harus disiasati adalah jangan gengsi, bener juga. Menurut saya, ini tren yang positif, toh backdrop di KUA bagus, malah keren pas diposting,” ujar Ifa.

Dia mengatakan, banyak generasi muda kini mulai memahami bahwa kehidupan pernikahan dimulai setelah hari H. Ada banyak hal yang harus dipikirkan untuk kehidupan selanjutnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement