Kamis 09 Feb 2023 17:19 WIB

Mengapa Cina Pakai Balon Mata-Mata Padahal Punya Satelit?

Balon cenderung lebih murah dan mudah diluncurkan daripada satelit.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Balon mata-mata Cina telah ditembak jatuh oleh jet tempur Amerika Serikat (AS) di atas Atlantik akhir pekan lalu.
Foto: Larry Mayer/The Billings Gazette via AP
Balon mata-mata Cina telah ditembak jatuh oleh jet tempur Amerika Serikat (AS) di atas Atlantik akhir pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Balon mata-mata Cina telah ditembak jatuh oleh jet tempur Amerika Serikat (AS) di atas Atlantik akhir pekan lalu. Pejabat AS tidak percaya pada Cina yang mengklaim bahwa balon itu merupakan pesawat pengintai cuaca tak berawak yang membelok keluar jalur.

Menurut AS, balon itu memiliki peralatan yang biasanya tidak terkait dengan kegiatan meteorologi standar atau penelitian sipil. Lalu, mengapa Cina memilih balon mata-mata, padahal punya satelit?

Baca Juga

Berikut beberapa fakta yang diketahui tentang balon mata-mata tersebut, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (9/2/2023).

Mengapa jadi alternatif satelit?

Balon cenderung lebih murah dan mudah diluncurkan daripada satelit, yang umumnya membutuhkan peluncuran dari roket. Cina mungkin juga ingin menunjukkan kepada AS bahwa mereka memiliki banyak pilihan teknologi dalam hal pengawasan, tetapi mungkin ada penjelasan lain untuk hal tersebut.

Wakil Menteri Luar Negeri Cina Xie Feng mengatakan telah mengajukan keluhan resmi kepada Kedutaan Besar AS terkait serangan AS terhadap pesawat tak berawak sipil Cina. Kecaman atas keputusan AS yang menembak jatuh balon dinilai dapat memberi pengaruh moral atau politik bagi Cina.

John Blaxland, profesor studi keamanan dan intelijen internasional di Australian National University, berpendapat Cina ingin balon itu terdeteksi ketika memasuki wilayah udara AS. "Sulit untuk memikirkan bagaimana mereka bisa berpikir bahwa itu tidak akan terdeteksi," kata Profesor Blaxland kepada The Guardian

Wilayah udara Amerika dipelajari dengan sangat cermat, oleh otoritas penerbangan sipil AS. Hal itu baik melalui angkatan udara AS, luar angkasa, maupun jaringan cuaca. Jadi, wilayah udara dinsana sangat ketat diteliti.

Sementara itu, Boyd mengatakan Cina kemungkinan 'bereksperimen untuk melihat seberapa jauh mereka dapat mendorong sesuatu' dan balon itu juga kemungkinan adalah 'semacam pesan politik'.

 

Apakah itu berbahaya?

Markas besar Departemen Pertahanan AS, Pentagon mengatakan bahwa balon tersebut bukanlah ancaman militer atau fisik, dengan kata lain, tidak membawa senjata. Namun, diperkirakan bahaya utama bagi AS berpotensi membahayakan kerahasiaan situs-situs sensitif.

“Bahkan jika balon tidak dipersenjatai, itu bisa menimbulkan risiko bagi AS,” kata pensiunan Jenderal Angkatan Darat John Ferrari, yang juga rekan tamu di American Enterprise Institute.

Penerbangan itu sendiri, kata dia, dapat digunakan untuk menguji kemampuan Amerika dalam mendeteksi ancaman yang masuk dan menemukan lubang di sistem peringatan pertahanan udara negara tersebut.

Hal itu juga bisa saja memungkinkan Cina untuk merasakan emisi elektromagnetik yang tidak dapat dideteksi oleh satelit ketinggian tinggi, seperti frekuensi radio berdaya rendah yang dapat membantu mereka memahami bagaimana sistem senjata AS yang berbeda berkomunikasi.

Menurut Oriana Skylar Mastro, pakar urusan militer Cina dan kebijakan luar negeri di Stanford University, sudah benar jila balon itu ditolak. “Ini seperti hal standar yang sering dikatakan negara tentang aset pengawasan,” kata Mastro.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement