REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sorgum adalah salah satu komoditas pangan lokal potensial pengganti nasi yang dapat dikembangkan di Indonesia. Dilansir dari laman Badan Litbang Kementerian Pertanian pada Kamis (9/2/2023), sorgum memiliki kandungan mineral khususnya unsur Fe (zat besi) cukup memadai 4-5,5 mg/100g, sehingga dapat menjadi nilai tambah sebagai bahan pangan.
Selain kaya zat besi, sorgum juga memiliki komponen unsur gizi dasar yang tinggi, tidak kalah dengan serealia lainnya. Kandungan protein sorgum berkisar 10-13 persen tergantung varietas, lahan tempat tumbuhnya. Keunikan sorgum adalah adanya tanin dan asam fitat. Sifat antioksidan tannin lebih tinggi daripada vitamin E dan C, demikian juga antioksidan antosianin sorgum lebih stabil.
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) berbagi bahwa Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) Kemenkes menunjukkan dari setiap 100 gram sorgum mengandung energi 366 kalori, protein 11 gram, karbohidrat 73 gram, lemak 3,3 gram, dan serat 1,2 gram. Dari sisi pembudidayaannya, NFA menyebut sorgum dianggap sebagai tanaman masa depan karena dapat tumbuh dan beradaptasi dalam rentang iklim yang luas, serta membutuhkan air relatif sedikit atau toleran terhadap kekeringan.
Saat ini, beberapa wilayah di Indonesia mulai mengembangkan tanaman sorgum. Misalnya, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Tanaman sorgum dapat ditanam setelah berumur tiga hingga empat bulan, tergantung varietas tanamannya.