Jumat 10 Feb 2023 23:27 WIB

Ingin Jauhi Teman yang Toxic? Ini Pandangan Psikiater

Persahabatan kadang jadi ruang yang kurang dieksplorasi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Persahabatan, yang kadangkala Toxic (ilustrasi).
Foto: Pixabay
Persahabatan, yang kadangkala Toxic (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Melihat sahabat pindah sekolah maupun pindah kota, akan terasa sangat menyedihkan dan berat bagi beberapa orang. Sering kali, kesedihan ini dikarenakan sahabat berani membuat langkah besar.

Langkah besar yang dilakukan sahabat seperti memilih pindah ke luar negeri bisa jadi membuat Anda mempertanyakan pilihan hidup Anda. Namun kolumnis The Guardian, Maeve Higgins, mengaku tidak sampai merasakan hal tersebut.

Baca Juga

“Alasan saya menangis di peron kereta bawah tanah itu adalah karena teman saya akan pergi,” kata Higgins dilansir dari The Guardian, Kamis (9/2/2023).

Saat dirinya bersedih atas kepergian sahabatnya itu, muncul topik hangat tentang cara terbaik untuk memutuskan pertemanan. Ini dimulai dari video viral di Tiktok, saat seorang psikolog mencontohkan cara berbicara untuk tidak mempertahankan lagi hubungan pertemanan.

Seketika muncul banyak masukan tentang cara terbaik untuk menyingkirkan seseorang dari hidup. Bagaimana menjalankan hidup dengan aman dan nyaman?

Ia menegaskan, jika seseorang mengganggu hidup Anda, penting untuk mengatasinya. Tidak apa-apa untuk memperlambat segalanya dan beristirahat. Kadang-kadang Anda akan menemukan hal-hal buruk yang perlu dihadapi.

“Mungkin persahabatan akan menjauh. Mungkin juga akan kembali. Saya bukan seorang psikolog, tetapi saya seorang psikiater, yang berarti, saya menghabiskan waktu lebih lama di universitas dan saya memberi tahu kalian pendapat profesional saya,” papar Higgins.

Pemikiran untuk memperlakukan orang seolah-olah mereka dapat dibuang adalah benar-benar gila. Bagi dia, tidak ada seorang teman pun yang bisa membuatnya berkata, "Kamu toxic, dan saya akan menetapkan batasan, selamat tinggal".

Persahabatan adalah ruang yang kurang dieksplorasi dan tidak diatur untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi. Sebuah pertemanan dipertemukan dan terhubung, entah bagaimana caranya.

“Saya merasa bahwa teman-teman saya adalah harta yang langka. Saya berharap apa pun yang terjadi, saya tidak akan kejam kepada mereka dan mereka tidak akan kejam kepada saya,” ujar Higgins.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement