Jumat 24 Mar 2023 16:11 WIB

Jangan Ada Politik Praktis dalam Dakwah Ramadhan

Dakwah Ramadhan harus fokus kepada keimanan dan persatuan.

Ilustrasi dakwah pada Ramadhan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi dakwah pada Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bengkulu mengimbau semua pihak, termasuk penceramah agama, tidak memasukkan unsur politik praktis dalam dakwah Ramadhan dan tidak menjadikan masjid sebagai panggung untuk berkampanye politik.

"Jangan sampai bulan suci Ramadhan digunakan untuk menyampaikan materi-materi bersifat tendensius, intinya seperti itu,"kata Ketua MUI Provinsi Bengkulu Rohimin di Bengkulu, Jumat (24/3/2023).

Baca Juga

Meskipun belum jadwal kampanye, dia menilai kegiatan ibadah di masjid selama Ramadhan berpotensi dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk berkampanye, baik kampanye positif maupun negatif, karena momen itu menjadi tempat berkumpul banyak orang.

"Jadi, kami(pendakwah) menyampaikan bagaimana menyampaikan ayat dan hadis dalam kontekstual dan juga materi yang kontekstual dengan bulan suci Ramadhan (sesuai Alquran dan hadis)," katanya.

Meskipun ada pembahasan tentang pemilihan maupun kepemimpinan, lanjutnya, sudah semestinya dakwah tersebut memuat topik yang dijabarkan secara umum saja dan tidak bersifat tendensius.

"Jadi, walaupun ada misalnya pembahasan terkait pemilihan kepemimpinan itu, konteksnya dalam konteks secara umum dalam ajaran agama, itu intinyatidak tendensius,"kata Rohimin.

Guna mencegah berbagai hal yang tidak diinginkan, MUI Bengkulu telah menggelar kegiatan mudzakaroh muballighin dengan mengundang MUI kabupaten dan kota serta organisasi kemasyarakatan (ormas) agar kesucian Ramadhan tetap dijaga.

"Sebanyak 50 ormas dan MUI kabupaten dan kota kami undang. Jadi, intinya bagaimana dakwah Ramadhan fokus kepada bulan suci Ramadan. Jadi, walaupun menghadapi tahun politik tidak menggunakan bulan suci dan dakwah untuk hal-hal yang tendensius," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement