Ahad 09 Apr 2023 12:39 WIB

Inflasi Terkendali atau Menurunnya Daya Beli?

Inflasi awal Ramadhan 2023 atau pada Maret 2023, sebesar 0,18 persen.

Ilustrasi Inflasi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi

Oleh : Ahmad Fikri Noor, Redaktur Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kunjungannya ke sejumlah pasar di Jakarta pada Rabu (5/4/2023), Presiden Joko Widodo menilai, kondisi harga komoditas pangan terkendali pada masa Ramadhan 2023. Jokowi menyoroti, beberapa komoditas bahkan mengalami penurunan harga sesuai dengan pantauan Badan Pusat Statistik (BPS).

Saya kira ini baik sesuai dengan pantauan BPS kemarin memang terjadi deflasi. Ini bagus dalam posisi mau lebaran tapi harga-harga turun, kata Jokowi di Pasar Johar Baru, Jakarta.

Lonjakan harga di periode Ramadhan dan lebaran adalah fenomena musiman yang rutin terjadi dalam ekonomi Indonesia. Harga yang terkendali diharapkan dapat membantu masyarakat merayakan hari besar keagamaan dan berdampak pada gerak roda ekonomi.

Meski Kepala Negara menilai tingkat inflasi sudah baik, BPS menyebut kondisi pada Ramadhan tahun ini menunjukkan pola konsumsi masyarakat belum kembali ke kondisi normal. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, inflasi pada Ramadhan 2023 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, kecuali pada 2020 dan 2021. Kita tahu bersama, dalam dua tahun itu kondisi ekonomi masih ditekan pandemi Covid-19.

Inflasi awal Ramadhan 2023 atau pada Maret 2023, sebesar 0,18 persen (bulan ke bulan/mtm). Angka itu lebih rendah dibandingkan inflasi pada Mei 2019 yang sebesar 0,68 persen (mtm) atau April 2022 yang sebesar 0,95 persen (mtm).

Pudji menjelaskan, perlambatan tersebut terjadi akibat permintaan tidak setinggi kondisi sebelum pandemi. Dia menyampaikan, pola konsumsi masyarakat masih belum 100 persen kembali normal. "Artinya, dari sisi permintaan belum tinggi," ujarnya.

Tingkat inflasi inti yang kerap dijadikan indikator daya beli masyarakat juga menunjukkan penurunan. Inflasi inti pada Maret 2023 sebesar 2,94 persen (tahun ke tahun/yoy). Angka itu bergerak melandai dibandingkan inflasi inti Februari 2023 yang sebesar 3,09 persen (yoy).

Komentar mengenai daya beli masyarakat pun dilontarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi). Asosiasi menilai, turunnya harga komoditas pangan disebabkan oleh permintaan yang juga menurun.

Sekjen DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan mengatakan, daya beli masyarakat pada momen Ramadhan dan lebaran tahun menurun dibandingkan tahun lalu. Dia menaksir, penurunannya bisa mencapai 21 persen. "Ada berbagai kemungkinan tapi kami tetap berharap nantinya setelah ada gaji ke-13 bisa meningkatkan daya beli masyarakat di fase kedua Ramadhan," ujarnya.

Persoalan harga barang pada akhirnya akan menentukan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harga tidak bisa terlalu tinggi tapi juga tidak bisa terlalu rendah. Itu sebabnya, Bank Indonesia punya target inflasi tahunan di level 3 plus minus 1 persen.

Layak untuk kita semua tunggu, bagaimana pola konsumsi masyarakat pada April 2023 atau pada momentum Idul Fitri. Apakah dengan adanya pencairan THR konsumsi akan melonjak? Atau, apakah masyarakat masih memilih untuk menahan belanjanya? Mari kita tunggu bersama-sama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement