REPUBLIKA.CO.ID, - Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kalimantan Bagian Barat, Agung Saptono, menyebukan capaian pungutan negara di Kalimantan Barat (Kalbar) hingga April 2023 Rp 747,40 miliar.
"Total pungutan negara tersebut terdiri dari hasil pungutan impor, ekspor dan cukai di Provinsi Kalbar," ujar Agung, di Pontianak, Senin (29/5/2023).
Ia menjelaskan untuk pungutan impor sendiri realisasinya dari bea masuk Rp 12,98 miliar atau 1,74 persen, PPh Rp 36,25 miliar atau 4,85 persen dan PPN Rp 121,17 miliar atau 16,21 persen.
Kemudian untuk pungutan ekspor, yakni pungutan ekspor dana sawit hingga Rp 334,83 miliar atau 44,80 dari target yang ditetapkan. Sedangkan untuk dana pungutan ekspor lainnya untuk bea keluar sendiri realisasinya 202,71 miliar atau 27,12 persen dari target. "Kemudian untuk PPh sendiri realisasinya Rp 16,83 miliar atau baru 2,25 persen," kata dia pula.
"Untuk pungutan cukai sendiri realisasinya Rp 22,60 miliar atau 3,02 persen yang terdiri atas cukai Rp 20,57 miliar dan pajak rokok Rp 2,03 miliar," ujar dia lagi.
Sementara untuk data nilai ekspor Kalbar terbaru periode Januari-Maret 2023 dari BPS Kalbar, yakni sebesar 513,96 juta dolar AS yang disumbangkan oleh tiga golongan barang utama, yaitu Bahan Kimia Anorganik (HS28) sebesar 178,64 juta dolar AS. Kemudian disusul Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS15) sebesar 124,98 juta dolar AS, dan Berbagai Produk Kimia (HS38) 60,92 juta dolar AS.
Sedangkan berdasarkan tiga negara tujuan utama ekspor Provinsi Kalbar, yakni Tiongkok dengan nilai sebesar 164,76 juta dolar AS. Kemudian disusul India sebesar 154,48 juta dolar AS, dan Malaysia sebesar 53,39 juta dolar AS.
Sementara untuk angka impor Provinsi Kalbar Januari-Maret 2023 dilihat dari golongan barang, tiga komoditas impor, yakni Bahan Bakar Mineral (HS27) dengan nilai 36,04 juta dolar AS, Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS84) sebesar 18,42 juta dolar AS dan Karet dan Barang dari Karet (HS40) sebesar 8,15 juta dolar AS.
Malaysia menjadi negara asal impor Provinsi Kalbar dengan kontribusi sebesar 33,86 juta dolar AS. Kemudian baru disusul Tiongkok sebesar 27,62 juta dolar AS dan Singapura sebesar 7,40 juta dolar AS.