Senin 07 Aug 2023 03:57 WIB

Senjata Nuklir Telah Disiapkan, akankah Tragedi Nagasaki Hiroshima Terulang?

Rusia telah menempatkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia.

Red: Joko Sadewo
 Sebuah foto tak bertanggal yang dirilis pada 10 Oktober 2022 oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) resmi menunjukkan unit Tentara Rakyat Korea (KPA) untuk operasi nuklir taktis menggelar latihan militer yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai pencegah perang dan kemampuan serangan balik nuklir negara tersebut, di tengah latihan militer gabungan yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan AS dan Korea Selatan di perairan dekat Semenanjung Korea. Korea Utara melakukan latihan dari 25 September hingga 09 Oktober, dan meluncurkan beberapa rudal balistik untuk menguji kemanjuran kemampuan persenjataan nuklir taktis negara tersebut.
Foto: EPA-EFE/KCNA
Sebuah foto tak bertanggal yang dirilis pada 10 Oktober 2022 oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) resmi menunjukkan unit Tentara Rakyat Korea (KPA) untuk operasi nuklir taktis menggelar latihan militer yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai pencegah perang dan kemampuan serangan balik nuklir negara tersebut, di tengah latihan militer gabungan yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan AS dan Korea Selatan di perairan dekat Semenanjung Korea. Korea Utara melakukan latihan dari 25 September hingga 09 Oktober, dan meluncurkan beberapa rudal balistik untuk menguji kemanjuran kemampuan persenjataan nuklir taktis negara tersebut.

Oleh : Redaktur Internasional Republika

REPUBLIKA.CO.ID,  Mengutip laman Wikipedia, dalam kurun dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi, dampaknya menewaskan sekitar 90.000 hingga 146.000 orang di Hiroshima dan sekitar 39.000–80.000 di Nagasaki. Kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama.

Pada bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil.

Tragedi kemanusiaan di Hiroshima dan Nagasaki tidak terlepas dari sosok Julius Robert Oppenheimer. Oppenheimer merupakan seorang ilmuwan yang memimpin Proyek Manhattan untuk mengembangkan bom atom selama Perang Dunia II. Julukan sebagai bapak bom atom pun disematkan pada diri Oppenheimer.

Dalam buku American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J Robert Oppenheimer, karya Kai Bird dan Martin J Sherwin disebutkan bahwa setelah peristiwa Hiroshima dan Nagasaki, Oppenheimer merasa bersalah dan terbebani oleh dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bom atom untuk mengakhiri perang melawan Nazi Jerman.

Dalam perjalanan kariernya, Oppenheimer berusaha mencari cara untuk mengurangi ancaman nuklir di masa depan dan mengekspresikan penyesalannya atas penggunaan bom atom.

Hampir 78 berlalu sejak tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dan sosok yang menggagas terciptanya senjata nuklir pertama di dunia telah berpulang pada 1967, dunia belum aman dari ancaman perang senjata nuklir. 

Sebuah laporan terbaru Nuclear Weapons Ban Monitor yang diterbitkan oleh LSM Norwegia People's Aid pada 29 Maret 2023 menyebutkan bahwa jumlah hulu ledak nuklir yang beroperasi di dunia meningkat pada 2022. Sebagian besar didorong penggunaan oleh Rusia dan Cina.

People's Aid mencatat sembilan kekuatan nuklir resmi dan tidak resmi memiliki 9.576 hulu ledak siap pakai pada 2023. Jumlah ini naik dari 9.440 dari tahun sebelumnya. Menurut laporan tersebut, senjata-senjata itu memiliki kekuatan penghancur kolektif yang setara dengan lebih dari 135.000 bom Hiroshima.

Tambahan 136 hulu ledak untuk persediaan nuklir global siap pakai tahun lalu juga dikaitkan dengan Rusia, Cina, India, Korea Utara (Korut), dan Pakistan. Kremlin sendiri memiliki persenjataan terbesar di dunia dengan 5.889 hulu ledak operasional.

Tren penambahan jumlah hulu ledak nuklir dimulai sejak 2017. Pada saat yang sama, total persediaan senjata nuklir, yang juga termasuk yang disingkirkan, terus menurun. 

Sejauh ini ada delapan negara dengan kekuatan nuklir resmi, yakni Amerika Serikat (AS), Rusia, Inggris, Prancis, Cina, India, Pakistan, dan Korea Utara. Sedangkan Israel diketahui memiliki senjata nuklir secara tidak resmi.

Menurut laporan Bulletin of the Atomic Scientist menyebutkan AS memiliki total persediaan hulu ledak nuklir 5.244 per Januari 2023. Dari jumlah ini, yang sudah dikerahkan 1.770 hulu ledak, dan cadangan mencapai 1.938. Sementara itu, hulu ledak yang dipensiunkan dan menunggu pembongkaran 1.536.

Rusia memiliki persediaan hulu ledak nuklir sekitar 4.489 unit. Dari jumlah ini, sekitar 1.674 unit dikerahkan: 834 rudal balistik darat, sekitar 640 kapal selam, dan mungkin 200 di pangkalan berat.Militer Rusia memiliki 1.400 persediaan hulu ledak yang dipensiunkan dan menunggu pembongkaran.

Bulletin of the Atomic Scientists memperkirakan Cina telah memproduksi sekitar 410 hulu ledak nuklir per Maret 2023. Namun, menurut laporan Kementerian Pertahanan AS, Cina diperkirakan bakal memiliki 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030.

Di antara negara yang punya senjata nuklir, Inggris paling progresif dalam membentuk pencegahan nuklir minimum. Pada Mei 2021, Inggris punya 225 hulu ledak nuklir.

Sementara persenjataan nuklir Prancis memiliki angka yang stabil selama satu dekade terakhir. Negara ini memiliki sekitar 290 hulu ledak.

Korut diyakini telah mengembangkan kemampuan senjata nuklir, tetapi ada ketidakpastian soal pembuatan senjata. Kendati demikian pada 2017, seorang pejabat Korea Utara sempat mengancam Pyongyang bakal melakukan uji coba bom hidrogen di Samudra Pasifik.

Sedangkan India diperkirakan telah memproduksi sekitar 700 kilogram plutonium untuk tingkat senjata. Jumlah ini disebut cukup untuk membuat 138 hingga 213 hulu ledak nuklir.

Melihat pada kekuatan nuklir resmi yang ada saat ini tidak menutup kemungkinan tragedi Hiroshima dan Nagasaki bakal terulang lagi. Terlebih lagi, konflik-konflik geopolitik yang terjadi saat ini melibatkan negara-negara pemilik kekuatan nuklir resmi seperti Rusia, Amerika Serikat, Cina, dan Korea Utara.

Guna menghadapi kemungkinan serangan yang lebih besar dari Ukraina dan sekutunya, Rusia telah menempatkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia. Sementara beberapa hari terakhir Korea Utara kerap memberikan peringatan kepada aliansi Korea Selatan-AS bahwa pengerahan kapal selam nuklir AS di pelabuhan Busan dapat menjadi syarat bagi Pyongyang untuk menggunakan senjata nuklir juga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement