REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arief Rosyid Hasan, Pengurus LPBI PBNU
Joe Biden pernah menyebut bahwa Jakarta akan tenggelam dalam kurun waktu 10 tahun. Apakah pernyataan itu akan menjadi kenyataan? Jawaban saya sederhana saja, “ya” jika kita tidak berbuat apa-apa.
Saat melakukan penerbangan di Jakarta, ketika kita berada pada ketinggian langit, maka akan ditemukan lapisan pekat polusi di udara. Fakta yang lebih buruk lagi, bahwa pencemaran di Jakarta tidak hanya pada pencemaran udaranya, namun juga pencemaran air.
Kondisi air di Jakarta sungguh memerhatikan. Hal itu dapat dilihat dari penurunan muka tanah, yang disebabkan oleh pengambilan air tanah secara besar-besaran yang melebihi kemampuan.
Kedua, penurunan akibat beban bangunan. Tanah yang memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi dan penambahan bangunan di atas permukaan tanah bisa menyebabkan lapisan di bawahnya mengalami pemampatan. Berdasarkan data di lapangan 80-90% penurunan muka tanah di Jakarta akibat ekstraksi berlebih air tanah.
Hasil riset yang lebih mengkhawatirkan, beberapa peneliti menemukan bahwa ternyata penurunan tanah mencapai 10-20 cm per tahun, maka dalam setahun penurunan tanah mencapai 20 m. Kemudian kalau 100 tahun akan ada penurunan 10 meter. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya banjir rob di beberapa titik di Jakarta hampir setiap tahunnya. Selain permukaan tanah yang turun, tim riset Masyarakat Air Indonesia (2022) juga menilai kenaikan muka air laut lah, yang merupakan dampak pemanasan global yang mencairkan es di kutub, menjadi pemicu banjir rob.
Pada 2050 beberapa wilayah di pesisir Jakarta diprediksi akan tenggelam di antaranya ialah: Kamal Muara (di bawah 3 meter), Tanjungan (di bawah 2.10 meter), Pluit (di bawah 4.35 meter), Gunung Sahari (di bawah 2,90 meter), Ancol (di bawah 1.70 meter), Marunda (di bawah 1.30 meter), dan Cilincing (di bawah 1 meter). Masyarakat kelas menengah ke bawah yang tinggal di daerah pesisir Jakarta ialah yang paling dikorbankan atas situasi ini. Ketika pasang, air laut akan menggenangi rumah warga hingga pertengahan, belum lagi pasokan air minum yang minum dan harus dibeli dengan harga yang tak murah.
Beragam penelitian ilmiah menemukan daerah Angke dan sekitarnya, serta banyak titik di wilayah pesisir Jakarta dan Tangerang, sudah pasti memiliki karakter air tanah yang asin. Kualitas air yang menurun berdampak pada kesehatan warga, sisanya mereka yang bertahan dalam keadaan memperihatinkan atas tubuh yang tidak sehat namun tetap harus mencari nafkah demi makan keluarga, pendidikan, dan hiburan.