Perdamaian Laut China Selatan Hingga Konflik Rusia-Ukraina Jadi Perhatian di Sidang AIPA

Sidang Umum AIPA ke-44 bahas isu konflik di kawasan hingga global.

Kamis , 10 Aug 2023, 19:28 WIB
Sidang Umum AIPA ke-44 membahas isu yang terjadi di kawasan hingga global.
Foto: Dok. DPR RI
Sidang Umum AIPA ke-44 membahas isu yang terjadi di kawasan hingga global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Puan Maharani telah resmi menutup Sidang Umum ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta. Selain menghasilkan 30 resolusi untuk berbagai bidang, sidang forum parlemen negara-negara ASEAN itu membahas berbagai isu konflik di kawasan maupun tingkat global.

Sidang Umum AIPA ke-44 merupakan salah satu puncak keketuaan DPR RI di AIPA, sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023. Bertindak sebagai tuan rumah, DPR RI mengusung tema 'Responsive Parliaments for a Stable and Prosperous ASEAN' yang merupakan komitmen parlemen ASEAN untuk ikut menciptakan perdamaian dan kesejahteraan di Asia Tenggara.

Baca Juga

Selain dihadiri Ketua Parlemen dari negara-negara ASEAN beserta delegasinya, Sidang Umum AIPA ke-44 juga dihadiri perwakilan 18 negara Observer dan Tamu, serta perwakilan dari 9 Organisasi Internasional termasuk Sekjen ASEAN dan Sekjen AIPA.

Sebagai Presiden AIPA 2023, Puan menyoroti berbagai krisis multi-dimensi di kawasan ASEAN dan global pada Sidang Umum AIPA ke-44 yang rangkaiannya dimulai sejak 5 Agustus hingga hari ini, Kamis (10/8/2023). Hari ini para delegasi diundang untuk mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai miniatur Indonesia.

“Situasi dunia saat ini masih dihadapkan pada fragmentasi antar negara, ketegangan dan konflik geopolitik, ketimpangan sosial dan ekonomi, kemiskinan, kejahatan transnasional, tren pertumbuhan ekonomi global yang melambat, ancaman perubahan iklim yang semakin berdampak, dan pascapandemi yang belum tuntas,” kata Puan dalam Sidang AIPA ke-44, mengutip keterangan tertulis, Kamis (10/8/2023).

Menurutnya, tema Sidang AIPA ke-44 merupakan komitmen dalam menjawab berbagai tantangan dan permasalahan global dan regional menuju kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Puan pun meminta AIPA untuk menjaga soliditas ASEAN.

“Di tengah berbagai permasalahan di masing-masing negara, tetap perlu menjaga komitmen bahwa kebersamaan ASEAN akan saling membantu dan menguatkan. Bersama-sama, ASEAN akan menjadi lebih kuat,” tegasnya.

Puan sudah menyerahkan tongkat estafet keketuannya di AIPA kepada Laos yang akan memegang Presidensi AIPA tahun depan. Sidang Umum AIPA ke-45 akan digelar di Laos pada bulan Oktober 2024.

Saat mengadakan pertemuan bilateral dengan President of National Assembly of Laos, Xaysomphone Phomvihane di Gedung DPR, Puan menyampaikan harapannya agar tema AIPA tahun ini dapat berlanjut di AIPA 2024. Hal itu mengingat karena berbagai tantangan yang dihadapi saat ini tidak dapat diselesaikan dalam satu tahun saja.

“Saya berpandangan beberapa hal yang dapat terus dibahas pada AIPA 2024 diantaranya sentralitas ASEAN dalam menjaga stabilitas Asia Tenggara, kemajuan signifikan atas implementasi consensus lima poin tentang Myanmar,” jelas Puan.

“Kemudian perdamaian di Laut China Selatan, melalui penghormatan pada UNCLOS 1982 dan agar kita mengedepankan dialog untuk mengelola rivalitas major powers di kawasan,” tambahnya.

Persoalan sengketa Laut China Selatan juga turut disinggung oleh Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F Paulus yang menjadi pimpinan Delegasi Indonesia di Sidang Umum AIPA ke-44. Di awal Sidang, ia meminta negara-negara ASEAN mengatasi tantangan global yang dihadapi kawasan seperti kemiskinan, ketimpangan, dan bencana iklim.

Lodewijk juga menyoroti tantangan spesifik dalam ASEAN, termasuk situasi di Myanmar dan sengketa di Laut China Selatan. Indonesia sendiri menjadi salah satu mediator untuk negara-negara yang terlibat dalam sengketa Laut China Selatan di mana persoalan ini masih menjadi polemik bagi sejumlah negara di Asia Tenggara. 

“Situasi tersebut, termasuk perkembangan dinamis di Indo-Pasifik, tidak boleh membuat kita berdiam diri dan tidak bertindak. Sebagai AIPA, kita dituntut untuk mengambil langkah-langkah yang cepat, tepat, dan berkelanjutan guna memastikan keamanan dan kemajuan bagi rakyat kita, serta menjaga agar harapan mereka tetap tumbuh,” ungkap Lodewijk.

Isu perdamaian di Laut China Selatan juga mendapat dukungan dari sejumlah negara. Tak hanya itu, isu konflik antara Rusia dan Ukraina yang hingga saat ini masih terjadi juga menjadi sorotan. Pimpinan Delegasi Parlemen Singapura, Mohd Fahmi bin Aliman menilai, invasi Rusia ke Ukraina dan meningkatnya ketegangan antara AS dan China harus menjadi perhatian.

Parlemen Singapura menyampaikan harapannya untuk penyelesaian konflik Rusia-Ukraina yang cepat dan damai. Mereka juga meminta agar negara-negara Anggota ASEAN tidak memihak dalam hubungan Amerika Serikat-Tiongkok, yang dapat menyebabkan perpecahan.

Rusia dan Ukraina turut ikut terlibat dalam Sidang Umum AIPA ke-44. Sebagai negara observer, Rusia dan Ukraina mengadakan sesi dialog dengan perwakilan negara-negara AIPA.

Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Irene Yusiana Roba Putri memimpin sesi dialog antara negara-negara AIPA dengan Delegasi dari Ukraina. Pada forum dialog itu, negara-negara AIPA mendorong perdamaian di kawasan konflik.

“Di forum tersebut kita mendengar observer dari Negara Ukraina, yang menjelaskan kondisi terkini di negaranya. Bagaimana konflik dengan Rusia itu berdampak pada rakyat Ukraina,” sebut Irine.

Dalam dialog, Delegasi Ukraina yang dipimpin oleh Oleksandr Merezhko mengungkapkan kekecewaan terhadap beberapa sistem terkait penyelesaian konflik dengan Rusia. Terutama sistem di PBB yang sepertinya tidak berpihak kepada mereka.

“Kalau Indonesia sendiri sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Ukraina sejak tahun 1992, dan Indonesia di parlemen hari ini kita masih memiliki hubungan friendsip group dengan Ukraina. Dan beberapa kali ketuanya sudah berkomunikasi dengan Duta Besar dari Ukraina terkait konflik dengan Rusia,” papar Irine.

Selain Ukraina dan Rusia, negara observer lain yang hadir dalam Sidang Umum AIPA ke-44 adalah dari Amerika Serikat (AS) Australia, Azerbaijan, Belarus, Kanada, China, Uni Eropa, Georgia, Jepang, Republic Korea, Moroko, Norwegia dan Timor-Leste yang sedang menunggu keanggotaan penuhnya di ASEAN.

Anggota BKSAP Charles Honoris memimpin dialog pertemuan antara Delegasi dari Amerika Serikat dengan negara-negara anggota AIPA. Adapun Delegasi AS dipimpin oleh Senator Tammy Duckworth yang merupakan veteran angkatan bersenjata negeri Paman Sam tersebut.

“Dalam pertemuan kita sepakat untuk mempererat kerja sama kawasan dengan Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki perhatian besar terhadap kawasan Asia Tenggara,” jelas Charles.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini mengungkap kerja sama yang dimaksud itu tentunya dalam berbagai bidang. Seperti, kata Charles, dari bidang politik, keamanan, ekonomi dan lainnya. 

“Banyak delegasi yang juga menyampaikan keinginan adanya keterlibatan yang lebih besar, dalam arti investasi, perdagangan dari AS kepada kawasan ini,” ucapnya.

Sidang Umum ke-44 pun menghasilkan 30 resolusi dari berbagai komisi yang akan diadopsi untuk kepentingan kawasan Asia Tenggara. Resolusi tersebut berasal dari Komisi Parlemen Wanita, Komisi Parlemen Muda atau Young Parliamentarians of AIPA (YPA), Komisi Urusan Politik, Komisi Ekonomi, Komisi Urusan Sosial, Komisi Urusan Organisasi, dan Komisi Urusan Organisasi.