Kisah kesederhanaan Bung Hatta ini kemudian bersesuaian dengan cerita mengenai sikapnya yang memilih pergi haji dengan cara membayar sendiri ongkosnya dari royalti penjualan buku karangannya.
Padahal, saat itu status Hatta adalah wakil presiden. Bahkan, Presiden Sukarno pun sudah menyediakan pesawat khusus serta membeberkan semua fasilitas kendaraan yang diperlukan Bung Hatta untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Namun, tawaran Presiden Sukarno pun dia tolak.
Menurut dia, urusan naik haji bukanlah urusan seorang pejabat negara dengan Allah, melainkan itu urusan seorang insan manusia biasa yang pergi ke Tanah Suci.
Maka, bila dirinya menunaikan ibadah haji ke Makkah, itu merupakan kepergian ibadah sebagai seorang Mohammad Hatta pribadi, bukan sebagai seorang wakil presiden.