REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Indonesia, Republik Kroasia merupakan mitra kerja sama yang strategis di kawasan Balkan. Indonesia dan Kroasia telah memulai hubungan diplomatik di tahun 1992, dan September mendatang akan menandai 31 tahun hubungan baik antara kedua negara salah satunya melalui kerja sama antar-Parlemen kedua negara. Dengan meningkatnya kunjungan dan dialog yang dijalankan antar kedua Parlemen menandakan turut meningkatnya kesepahaman terkait isu-isu strategis seperti politik, pertahanan dan ekonomi.
Di sektor ekonomi, Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F Paulus saat diwawancarai seusai menerima kunjungan kehormatan delegasi Parlemen Kroasia (Sabor) di Ruang Delegasi, gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (28/8/2023), mengharapkan Kroasia dapat menjadi jalan masuk bagi ekspor kelapa sawit (CPO) Indonesia melalui pelabuhan laut di Kroasia ke kawasan Eropa bagian tengah dan timur.
“Tentunya ini (kunjungan Parlemen Kroasia) sangat bagus, ya, apa yang kita harapkan. Mereka memang negara relatif kecil di Eropa tetapi mereka mempunyai pelabuhan laut yang bagus dan ada tiga pelabuhan modern disana. Nah apa artinya buat Indonesia? Kita tahu kan kita masih bermasalah dengan CPO kita untuk masuk ke Uni Eropa. Nah diharapkan dengan pintu masuk pelabuhan pelabuhan-modern di Kroasia, nah, diharapkan ini jadi pintu masuk CPO),” ujar Lodewijk.
“Karena sebenarnya tidak ada alasan bagi Uni Eropa melarang kita, karena kita sudah mendapatkan pengakuan dari Uni Eropa sebagai bagian dari clean energy. Nah peluang itu sangat besar. Tentunya bicara hubungan bilateral tentunya harus menguntungkan. Tentunya kita lihat apa sih yang bisa masuk kesana dan apa yang katakan Eropa dari Kroasia bisa masuk ke Indonesia,” kata Lodewijk menjelaskan.
Selain itu, di bidang pertahanan, Politikus Partai Golkar ini mengungkapkan dalam pertemuan tersebut juga terdapat pembahasan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan, khususnya minat Kroasia dalam menjajaki potensi kerja sama yang lebih intensif dengan Indonesia. Secara khusus, dalam menghadapi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dalam mencegah potensi konflik limpahan terhadap Kroasia dan dampak yang juga dialami oleh Indonesia.
“Yang jelas, jangankan Kroasia yang lebih dekat dengan Rusia maupun Ukraina. Kita sendiri kan merasa dampaknya, karena apa? Kita banyak mengimpor gandum dari Rusia maupun Ukraina. Satu hal yang membahagiakan kita bahwa kita itu pada sisi yang sama, pendekatan yang sama bagaimana kita peduli kepada perdamaian. Nah, itu juga tentunya mereka siap, Indonesia juga siap menjadi moderator bagaimana supaya konflik antara Rusia-Ukraina ini tidak berkelanjutan, bisa kita selesaikan sehingga masalah geopolitik bisa kita tuntaskan,” tandas Lodewijk.
Pimpinan DPR RI Bidang Korpolkam ini menegaskan permasalahan geopolitik wajib dituntaskan, mengingat permasalahan geopolitik berdampak kepada semua sektor, salah satunya masalah ekonomi. “Kita sudah rasakan, ya, kemudian harga-harga naik, biaya hidup juga naik semuanya berdampak luar biasa. Dan kita semuanya sudah rasakan. Kita belum tahu bagaimana kalau nanti di Eropa musim dingin seperti apa dampaknya?Itu juga kita harapkan dengan kita hadir pendekatan melalui Parlemen mudah-mudahan konflik antara Rusia dan Ukraina dapat segera kita redam, kita selesaikan,” kata Lodewijk, dikutip dari laman resmi DPR.
Turut hadir Wakil Ketua Badan Kerja-Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana, Wakil Ketua BKSAP DPR RI Sukamta, Anggota BKSAP DPR RI Ravinda Airlangga dan Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI-Kroasia Ferdiansyah. Hadir dari delegasi Parlemen Kroasia yaitu Wakil Ketua Parlemen Kroasia Davorko Vidovic, Anggota Parlemen dan Grup Persahabatan Kroasia-Indonesia Ivan Celic dan Duta Besar Republik Kroasia untuk Republik Indonesia dan ASEAN Nebojsa Koharovic.