REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) terus berkomitmen mendukung misi pemerintah untuk mencapai nol emisi karbon (net zero emission) pada 2060. Kontribusi yang telah dilakukan PGE salah satunya melalui mekanisme Clean Development Mechanism (CDM) yang bisa mengurangi karbon atau CO2 sebesar 2,8 juta ton per tahun.
Vice President Geoscience Pertamina Geothermal Energi, Jayanti Anggraini, mengatakan bahwa potensi pengurangan karbon tersebut akan bertambah jika pihaknya dapat meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola menjadi 1 gigawatt (GW).
“Saat ini kontribusi PGE dengan eksisting itu adalah sebesar 2,8 juta ton per tahun, kalau kita menambah menjadi 1 Gigawatt dalam dua tahun lagi kontribusi PGE untuk mengurangi Co2 akan mendukung net zero emisi di 2060,” kata Jayanti dalam panel diskusi Festival Like yang digelar di kawasan GBK, Jakarta, belum lama ini.
Ia menjelaskan bahwa PGE juga memiliki tujuh project credit karbon yang diinisiasi PGE. Ke-7 proyek yang sudah dimulai sejak 2010 tersebut terdiri dari Proyek Clean Development Mechanism (CDM), Verified Carbon Standard (VCS) dan Gold Standard sebagai premium label Proyek CDM.
PGE juga memperoleh rating 2 untuk ESG, yang termasuk pada kategori good ESG Performance. ESG rating ini diukur dari seberapa besar perusahaan mengelola risiko ESG. Semakin kecil risiko yang dikelola, jadi untuk risiko rating 2, itu artinya risiko yang itu bisa dikelola dengan baik.
Selain berkomitmen menghasilkan clean energy, kata Jayanti, PGE juga berkomiten menjaga lingkungan di manapun PGE berada. Misalnya dengan memanfaatkan steam & brine fluida geothermal untuk berbagai tujuan seperti geo-tourism, direct healing dan lainnya.
“Pemanfaatan langsung geothermal di Kamojang itu salah satunya untuk pengeringan biji kopi. Ini sangat membantu warga di sana, karena kalau daerah pegunungan kan memang lebih sering hujan,” kata dia.
PGE juga merencanakan komersialisasi produk hidrogen yang ramah lingkungan, dan terintegrasi Binary Cycle Power Piants.