REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemasan yang dapat digunakan kembali (reusable) secara signifikan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, jika dibandingkan dengan kemasan plastik atau kertas sekali pakai. Hal ini diungkap oleh sebuah studi terbaru yang dilakukan Eunomia Research & Consulting bekerja sama dengan Zero Waste Europe, Reloop dan TOMRA.
Studi berjudul Assessing Climate Impact: Reusable Systems vs Single-Use Takeaway Packaging meneliti berbagai macam kemasan makanan yang biasa dibawa pulang, termasuk cangkir, kotak burger, mangkuk, kotak pizza, dan kontainer sushi.
Penelitian ini membandingkan emisi GRK dari kemasan sekali pakai dengan kemasan yang dapat digunakan kembali dalam sistem penggunaan ulang yang dioptimalkan. Peneliti menemukan, penggunaan wadah yang dapat digunakan kembali dalam sistem yang dirancang dengan baik dapat mengurangi emisi GRK untuk sebagian besar jenis kemasan, kecuali kotak pizza yang mungkin memerlukan inovasi desain lebih lanjut untuk merealisasikan manfaat penggunaan kembali.
“Bahkan pengurangan 20 persen berat kotak pizza yang dapat digunakan kembali, dapat membuat penggunaan kembali lebih menguntungkan bagi perubahan iklim,” kata peneliti seperti dilansir Packaging Gateway, Jumat (22/9/2023).
Studi ini menemukan bahwa mengembalikan mangkuk sebanyak tiga belas kali atau cangkir kopi sebanyak enam kali sudah cukup untuk mencapai titik impas, dengan pengembalian tambahan yang menghasilkan pengurangan bersih emisi karbon.
Laporan ini membayangkan skenario masa depan pada tahun 2030 di mana kemasan yang dapat digunakan kembali mencapai kondisi yang stabil, memungkinkan pengumpulan, pencucian, dan pendistribusian ulang secara terpusat.
Studi ini meminta para pembuat kebijakan untuk mengadvokasi tujuan 2030 yang lebih bersih, terutama karena diskusi tentang target penggunaan ulang di masa depan dalam Peraturan Pengemasan dan Limbah Kemasan (PPWR) akan dimulai.