REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia tercatat memiliki potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang sangat melimpah, mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi hingga arus laut dengan total potensi yang dapat dimanfaatkan sebesar 3.686 gigawatt untuk energi listrik. Meski demikian, keinginan untuk menggunakan EBT juga dihadapkan pada tantangan yang kian besar.
Sekretaris jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan, bersama Dewan Energi Nasional, pihaknya tengah sedang merevisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) untuk merespons target emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) 2060.
"Kebijakan tersebut untuk menjawab menyusun stretegi-strategi apa yang diperlukan sehingga target tersebut bisa tercapai secara bersama-sama. Tentu dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip bahwa kita tidak ingin pembangunan yang sedang berjalan saat ini terkontraksi," kata Dadan Kusdiana dikutip dari pernyataan resminya, Sabtu (30/9/20203).
Dadan menambahkan, dalam membuat kebijakan, Kementerian ESDM menyusun kebijakan-kebijakan yang tepat serta berkoordinasi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi.
Kementerian ESDM optimistis pemenuhan target bisa tercapai berkat banyaknya dukungan dari berbagai pihak atas langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan NZE serta besarnya ketersediaan sumber daya EBT yang tersedia, beragam dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Dua langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan NZE adalah pengembangan EBT dan pemanfaatan dari efisiensi energi. Itu semua tentu memerlukan investasi, dan investasi ini tentunya sangat baik untuk Tanah Air.
"Kebetulan kita ini mempunyai sumber daya EBT yang melimpah, banyak, beragam dan ini tersebar di seluruh wilayah negara kita. Tidak banyak negara yang seperti kita. Ini menjadi modal yang baik," ungkapnya.
Sebagai informasi, NZE adalah kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Untuk mencapainya diperlukan sebuah transisi dari sistem energi yang digunakan sekarang ke sistem energi bersih guna mencapai kondisi seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukannya adalah mengurangi jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu, atau lebih sering dikenal dengan jejak karbon. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.