REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden COP28 Sultan al-Jaber, mengimbau perusahaan-perusahaan minyak dan gas untuk menjadi pusat solusi bagi perubahan iklim. Hal itu diungkap dalam sebuah konferensi minyak dan gas di Abu Dhabi pada Ahad, jelang pertemuan COP28.
“Kita harus melakukan hal ini, sekaligus memastikan kesejahteraan manusia dengan memenuhi kebutuhan energi dari populasi planet yang terus bertambah,” kata Jaber dalam konferensi tersebut seperti dilansir AP, Selasa (3/10/2023).
Meskipun pernyataannya tampak pro-perubahan iklim, namun banyak aktivis yang curiga bahwa pernyataan itu hanya bualan semata. Karena saat ini, industri minyak dan gas sedang menggenjot produksinya demi menikmati kenaikan harga energi global.
Apalagi Al-Jaber saat ini menjabat sebagai CEO Abu Dhabi Oil Co yang dikelola oleh pemerintah. Perusahaan ini memiliki kapasitas untuk memompa 4 juta barel minyak mentah per hari bahkan diharapkan bisa mencapai 5 juta barel per hari. Karenanya, pemilihan Jaber sebagai sebagai pemimpin konferensi iklim PBB sangat kontroversial, mengingat negaranya adalah anggota OPEC dan pengekspor minyak utama.
Meskipun konferensi tahun ini akan berfokus pada upaya percepatan dekarbonisasi, acara ini terutama membahas tentang pengeboran, pemrosesan, dan penjualan bahan bakar penghasil karbon yang telah menyebabkan peristiwa ekstrim seperti badai, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. Al-Jaber juga telah berulang kali mengatakan bahwa dunia harus bergantung pada minyak dan gas dalam waktu dekat untuk menjembatani kesenjangan tersebut.
"Pengurangan bahan bakar fosil tidak dapat dihindari. Faktanya, ini sangat penting. Namun, hal ini harus menjadi bagian dari rencana transisi energi komprehensif yang adil, yang cepat, adil, teratur, merata, dan bertanggung jawab,” kata dia seperti dilansir AP, Selasa (3/10/2023).
Dari segi bisnis, industri minyak sedang mengalami pemulihan. Setelah harga sempat bergerak negatif selama pembatasan pandemi Covid-19, minyak mentah Brent kini diperdagangkan di kisaran 92 dolar AS per barel.
Harga diesel juga diperkirakan akan naik karena Rusia telah berhenti ekspor bahan bakarnya, yang kemungkinan akan memperburuk inflasi global dengan meningkatkan harga transportasi yang akan dibebankan kepada konsumen.
Gazprom, perusahaan gas alam milik negara yang merupakan pilar ekonomi Rusia, memiliki posisi penting dalam konferensi ini meskipun menghadapi sanksi-sanksi AS atas perang Moskow terhadap Ukraina. Para pejabat Rusia ikut serta dalam pameran senjata utama Abu Dhabi awal tahun ini, yang menunjukkan hubungan keuangan UEA yang semakin dalam dengan Moskow, meskipun UEA memiliki hubungan dekat dengan militer Amerika dan menjadi tuan rumah bagi ribuan pasukan AS.
Konferensi ini menyoroti tantangan yang dihadapi Uni Emirat Arab dalam upaya meyakinkan para ilmuwan, aktivis, dan pihak-pihak lain yang sudah sangat kritis terhadap iklim, bahwa mereka dapat menjadi tuan rumah Konferensi Para Pihak PBB -yang menjadi asal muasal nama COP.
Meskipun semua orang tampak mendukungnya pada konferensi, al-Jaber mengakui kritik pedas yang dihadapinya. Ia mengatakan bahwa selama ini, ada banyak pihak yang mengkritik tanpa melakukan tinjauan komprehensif terkait aktivitas perusahaan minyak dan gas.
"Sudah terlalu lama industri ini dipandang sebagai bagian dari masalah, bahwa industri ini tidak melakukan cukup banyak hal dan dalam beberapa kasus bahkan menghambat kemajuan. Ini adalah kesempatan Anda untuk menunjukkan kepada dunia bahwa, pada kenyataannya, Anda adalah pusat dari solusi,” ujar al-Jaber pada konferensi tersebut.
Al-Jaber kemudian mengklaim bahwa 20 perusahaan di sektor minyak, gas, serta industri berat, telah berkomitmen mengurangi emisi pada pertemuan iklim COP28 di PBB. Conference of The Parties (COP) ke-28 adalah konferensi tingkat tinggi di antara pihak anggota Konvensi Rangka Kerja PBB tentang perubahan iklim. Tahun ini, COP28 akan diselenggarakan di Dubai, UEA, pada 30 November-12 Desember 2023.
Jaber, yang telah bekerja sama dengan utusan iklim AS John Kerry dan utusan iklim Tiongkok Xie Zhenua, juga mengatakan bahwa ia optimis kedua negara akan memiliki partisipasi yang positif di COP28. Diplomasi iklim antara dua negara penghasil emisi karbon dioksida terbesar di dunia ini sempat terhenti pada bulan Agustus tahun lalu, namun pada bulan Juli, Kerry dan mitranya, Xie, memulai kembali pembicaraan tersebut saat bertemu di Beijing.