Senin 09 Oct 2023 13:48 WIB

Panas Ekstrem Juga Terjadi pada Suhu Tanah, Bahkan Lebih Kuat

Panas ekstrem berkembang jauh lebih cepat di dalam tanah dibandingkan udara.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Tren panas ekstrem terjadi lebih kuat di dalam tanah dibandingkan udara.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Tren panas ekstrem terjadi lebih kuat di dalam tanah dibandingkan udara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Planet bumi sedang memanas. Bukan hanya atmosfer dan lautannya yang mengalami perubahan suhu, tetapi juga kondisi tanah juga semakin panas. Bahkan, suhu panas tanah saat ini menjadi lebih ekstrem.

Suhu tanah secara keseluruhan hanya mendapat sedikit perhatian dalam studi perubahan iklim. Hal ini karena disebabkan oleh aktivitas manusia. Kompleksitas pengukuran suhu tanah juga menyebabkan sulitnya menemukan data yang cukup mumpuni dibandingkan dengan suhu udara dekat permukaan.

Baca Juga

Namun, dalam studi terbaru ini, tim peneliti dari seluruh Jerman mengumpulkan data suhu tanah dari berbagai sumber. Data dikumpulkan, termasuk dari stasiun pemantauan meteorologi, satelit penginderaan jauh, kumpulan analisis ulang data ERA5-Land, dan simulasi dari sistem Bumi. 

Dari seluruh wilayah Eropa, para peneliti menemukan bahwa tren panas ekstrem ternyata lebih kuat terjadi di dalam tanah dibandingkan di udara.

“Ini berarti panas ekstrem berkembang jauh lebih cepat di dalam tanah dibandingkan di udara,” kata Penulis Studi Almudena García-García, seorang peneliti penginderaan jauh di Helmholtz Center for Environmental Research (UFZ), seperti dilansir dari Science Alert, Senin (9/10/2023).

Studi tersebut mengungkap adanya variasi regional dalam fenomena ini di seluruh Eropa. Suhu ekstrem terjadi lebih intens dan lebih cepat di Eropa Tengah, yaitu di Jerman, Italia, dan Perancis bagian selatan.

Di wilayah ini, intensitas panas ekstrem meningkat 0,7 derajat Celcius per dekade lebih cepat di dalam tanah dibandingkan di udara dekat permukaan. Para peneliti menemukan jumlah hari dengan suhu ekstrem meningkat dua kali lebih cepat di tanah dibandingkan di udara.

“Misalnya, jika saat ini terdapat suhu tinggi di tanah dan udara pada 10 persen hari dalam sebulan, satu dekade kemudian, akan terjadi suhu tinggi di udara pada 15 persen dan suhu tinggi di tanah pada hari tersebut 20 persen,” kata García-García.

Sebagian besar faktor naiknya suhu tanah disebabkan oleh kelembaban tanah. Sementara, kelembaban tanah sangat bergantung pada tutupan lahan. Seperti diketahui, saat ini praktik penggunaan lahan yang dilakukan manusia dapat memperburuk keadaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement