REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selandia baru akhirnya bisa menurunkan emisi gas rumah kaca. Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup negara tersebut, emisi tahunan karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil mencapai titik terendah sejak tahun 1999 dan porsi listrik terbarukan selama 12 bulan kembali di atas 90 persen untuk pertama kalinya sejak tahun 1981.
Kebijakan iklim di Selandia Baru seperti subsidi kendaraan listrik, dana tanggap darurat iklim (CERF), serta skema perdagangan emisi (NZ ETS), telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan tersebut. Kebijakan dekarbonisasi itu, telah dan akan terus menghasilkan pengurangan emisi yang nyata, asalkan kebijakan tersebut tetap dipertahankan.
Sejak diperkenalkannya skema subsidi mobil ramah lingkungan pada Juli 2021, penjualan kendaraan listrik meningkat empat kali lipat dan kini memiliki pangsa pasar sebesar 12 persen. Pangsa pasar semua kendaraan rendah emisi meningkat dari 20 persen menjadi 60 persen, dengan mudah melampaui target emisi standar mobil bersih yang mulai berlaku tahun ini.
Meskipun angka peningkatan ini mungkin terlihat mengesankan, jumlah kendaraan listrik yang sebenarnya masih sangat rendah. Meskipun demikian, pengurangan emisi telah mencapai ratusan ribu ton per tahun, yang sebagian besar disebabkan oleh diskon mobil ramah lingkungan.