Sabtu 14 Oct 2023 01:43 WIB

Limbah Kabel USB Hingga Baterai di Seluruh Dunia Diperkirakan akan Capai 9 Miliar Kilogram

Apabila dikumpulkan, limbah elektronik akan sama dengan enam menara Eiffel.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Limbah elektronik masih banyak yang berujung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Foto: www.freepik.com
Limbah elektronik masih banyak yang berujung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, ponsel, komputer, televisi, mainan anak, hingga peralatan rumah tangga kerap disalahkan sebagai penyumbang sampah elektronik terbesar. Padahal, peralatan elektronik lain seperti perkakas listrik, vape, aksesori LED, kabel USB, dan apa pun yang melibatkan baterai lithium, juga menjadi penyumbang besar dalam masalah limbah elektronik.

Para ahli kemudian mengklasifikasikan peralatan tersebut sebagai ‘limbah elektronik tak terlihat’. Maksudnya, limbah produk elektronik seperti perkakas listrik, vape, dan printilan lainnya masih banyak yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), alih-alih dibawa ke fasilitas pengumpulan khusus.

Baca Juga

Menurut catatan United Nations Institute for Training and Research (UNITAR), secara keseluruhan, semua orang di seluruh dunia membuang sekitar 9 miliar kilogram limbah elektronik yang tak terlihat. UNITAR diamanatkan oleh Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE) Forum, untuk mempelajari seberapa banyak limbah elektronik tersebut yang dibuat setiap tahun.

Menurut temuan UNITAR, misalnya, berat total semua vape atau rokok elektrik yang dibuang ke TPA setiap tahunnya kira-kira sama dengan 6 Menara Eiffel. Adapun berat total semua limbah elektronik yang terlihat mencapai hampir setengah juta truk seberat 40 metrik ton, cukup untuk menciptakan kemacetan lalu lintas yang membentang sekitar 3.504 mil-jarak antara Roma dan Nairobi di Kenya.

Dari sudut pandang ekonomi, hampir 10 dolar miliar AS bahan mentah penting secara harfiah dibuang ke tempat sampah setiap tahun.

“Orang-orang cenderung mengenali produk listrik rumah tangga sebagai produk yang mereka pasang dan gunakan secara teratur. Tetapi banyak orang yang bingung tentang kategori sampah yang cocok untuk produk tambahan, spesialis, hobi, dan rekreasi dan bagaimana cara mendaur ulangnya," ujar Pascal Leroy, Direktur Jenderal Forum WEEE, seperti dilansir Popsci, Jumat (13/10/2023).

WEEE Forum meminta agar alih-alih membuang limbah elektronik, konsumen membawanya ke fasilitas daur ulang yang sesuai di kota masing-masing. Organisasi Leroy menyatakan bahwa limbah elektronik adalah aliran limbah yang paling cepat berkembang di dunia. Untuk menanganinya dengan benar, lebih banyak orang perlu mengenali contoh-contoh yang limbah jenis elektronik yang kerap terlupakan ini.

"Sejumlah besar limbah elektronik tersembunyi di depan mata. Sayangnya, limbah elektronik yang tidak terlihat sering kali berada di bawah radar daur ulang oleh mereka yang membuangnya karena tidak dianggap sebagai limbah elektronik. Kita perlu mengubahnya dan meningkatkan kesadaran adalah bagian besar dari jawabannya,” kata anggota Forum WEEE, Magdalena Charytanowicz.

Charytanowicz mengutip kampanye informasi di masa lalu yang berhasil meningkatkan kesadaran tentang berbagai masalah seputar polusi plastik, dan menunjuk pada perjanjian PBB tentang plastik yang akan diberlakukan tahun depan. "Kami berharap hal yang sama akan terjadi di bidang limbah elektronik," tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement