Oleh : Oleh: Shabah Syamsi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Al Aqsa adalah salah satu masjid suci umat Islam, selain Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid tersebut berada di Yerusalem Timur, wilayah Kota Tua yang kini berada dalam kekuasaan Israel. Tempat suci ini menjadi saksi dalam konflik berkepanjangan penganut tiga agama; Yahudi, Kristen, dan Islam.
Masjid Al Aqsa adalah keseluruhan dari kompleks Al-Haram Asy-Syarif, Al-Quds, seluas 14 hektare. Di kompleks tersebut, terdapat Jami' Al Aqsa kubah berwarna perak, dan Dome of The Rock, Qubbah Shakhra', kubah berwarna emas, yang diyakini sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj. Masjid The Dome of The Rock inilah yang sering disangka sebagai Masjid Al-Aqsa.
Bangunan suci tersebut menjadi sumber konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Salah satu pemicu konflik adalah adanya pergerakan dari kaum Yahudi untuk beribadah di kompleks suci tersebut. Yahudi menyebut kompleks Al-Haram Asy-Syarif sebagai 'Temple Mount' atau Bukit Suci.
Bait Suci pertama dibangun oleh Sulaiman (Salomo) putra Dawud (Daud) pada tahun 957 SM dan dihancurkan Babilonia pada 586 SM. Bait Suci kedua dibangun pada tahun 516 SM dan dihancurkan oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 70 M. Umat Yahudi dan Kristen juga percaya bahwa peristiwa Ibrahim (Abraham) yang hendak menyembelih putranya, Ishak, juga dilakukan di tempat ini. Masjid Al Aqsa juga memiliki kaitan erat dengan para nabi dan tokoh Bani Israel yang juga disucikan dan dihormati dalam ketiga agama.
Pada tahun 637, umat Islam mengambil alih kepemimpinan atas Yerusalem dari tangan Romawi Timur pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab. Kompleks reruntuhan Bait Suci, dikenal sebagai Masjid Al Aqsa atau Baitul Maqdis oleh umat Islam, ditemukan Umar dalam keadaan tidak terawat, bahkan tempat itu dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah.
Meski begitu, Umar kemudian menemukan Batu Fondasi atas bantuan Ka’b Al Ahbar, seorang Yahudi yang telah masuk Islam. Batu ini diyakini sebagai titik pijakan Nabi Muhammad naik ke langit dalam kepercayaan umat Islam dan tempat Nabi Ibrahim (Abraham) hendak menyembelih anaknya, Ishaq, dalam kepercayaan umat Yahudi. Al Ahbar mengusulkan untuk membangun masjid di sebelah utara batu tersebut agar umat Islam dapat menghadap ke arah Ka’bah dan batu tersebut dalam satu garis lurus saat shalat. Namun Umar menolak gagasan itu dan membangun masjid di selatan batu.
Lihat halaman berikutnya >>>