REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei nasional terbaru dari CELIOS (Center of Economic and Law Studies) mengungkap bahwa lebih dari 80 persen pemilih muda ingin agar capres-cawapres memiliki program yang sangat konkret dan progresif untuk mengatasi krisis iklim. Selain itu, 60 persen pemilih muda juga menyatakan perlunya mempercepat instalasi energi terbarukan.
Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa survey ini mempertegas bagaimana generasi Z dan milenial berpersepsi bahwa krisis iklim adalah hal yang nyata. Namun ironisnya, kata dia, sebagian besar suara-suara itu disalah artikan oleh para politisi, baik itu politisi yang sedang berkuasa di parlemen, pemerintah yang sedang berkuasa, maupun capres-cawapres.
“Ditangkapnya adalah ‘oh anak muda menjadi isu penting bagi anak muda’ tapi solusinya itu hanya sekadar menanam pohon. Menanam pohon itu penting, membersihkan sampah itu penting, tapi anak muda membutuhkan yang lebih dari itu. Kalau sekedar membersihkan sampah banyak temen-temen kita yang bisa melakukan itu. Bahkan tanpa bantuan dari negara atau aktor politik,” kata Bhima dalam media briefing di Kekini Jakarta Pusat, Kamis (19/10/2023).
Menurut Bhima, yang dituntut oleh anak muda itu adalah bagaimana polusi udara bisa turun secara permanen. Dan solusi konkrit yang diinginkan anak muda adalah sumber polusi yang mengepung Jakarta misalnya, ditutup secara permanen.
Berdasarkan data Global Energy Monitor, terdapat 16 PLTU berbasis batu bara yang berada tidak jauh dari Jakarta. Menurut sebarannya, sebanyak 10 PLTU berlokasi di Banten, sedangkan enam PLTu berada di Jawa Barat.
“Yang anak muda mau itu tutup sumber polusi nya, tutup PLTU batu baranya, baik punya PLN, atau pembangkit swasta, dan PLTU di kawasan industri. Itu desakan-desakan anak muda,” tegas Bhima.
Bhima juga mengajak anak muda untuk terus mendesak agar capres-cawapres memasukkan solusi-solusi iklim dalam visi dan misi Capres. Ketika solusi iklim sudah masuk dalam visi dan misi, artinya solusi iklim akan masuk pada prioritas kerja mereka.
“Kalau semisal solusi iklim tidak masuk ke dalam visi misi, kita akan kesulitan untuk menagihnya nanti. Dan krisis iklim juga masih akan menjadi masalah yang dikesampingkan,” tegas Bhima.